Sebuah film komedi situasi tahun 1987, Cintaku di Rumah Susun, disutradarai Nya Abbas Akub bercerita soal kehidupan sosial di rumah susun. Film yang dibintangi, antara lain, oleh Deddy Mizwar, Doyok, Kadir, Eva Arnaz, Asmuni, dan Rima Melati itu menggambarkan betapa kompleksnya hubungan sosial di rusun. Mulai dari soal jodoh, kriminalitas, sampai tunggakan sewa rumah.
Menyatukan penghuni yang aneka ragam dalam satu tempat dan lingkungan baru tidaklah mudah. Hal ini menjadi tantangan pemerintah sejak lama saat berhadapan dengan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal bagi warganya sementara lahan yang ada terbatas.
Dua bangunan bertingkat empat dengan sistem brecast (beton pracetak) ciptaan Building Research Establishment (BRE) dari Inggris dibangun di kompleks Departemen PUTL Pasar Jumat, Jakarta, dan diresmikan penggunaannya pada Kamis, 10 Maret 1977. Perumahan ini merupakan kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Inggris dalam mengatasi kesulitan perumahan di perkotaan.
Menurut sosiolog Sardjono Jatiman, keberadaan rusun di Jakarta merupakan alternatif yang tidak bisa dihindari. Terlebih sejak pembangunan kompleks olahraga di Senayan untuk Asian Games 1962. Perkembangan Jakarta kemudian terasa intensif, termasuk pembangunan secara vertikal. Urbanisasi menyebabkan terjadinya permukiman baru yang tidak tertata dan kumuh.
Untuk menjadikan kota yang lebih ramah dan nyaman, dilakukan penataan ulang kawasan kumuh. Caranya, pembangunan secara vertikal di lahan terbatas, tetapi bisa dinikmati banyak orang.
Pada 21 April 1981, Presiden Soeharto meresmikan lingkungan rumah susun pertama di Indonesia untuk perumahan rakyat di Jalan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta.
Bangunannya berlantai empat, dengan 960 unit yang berdiri di lahan seluas 4 hektar. Luas lantai setiap unit 28 meter persegi dengan harga jual Rp 4,5 juta per unit. Sebanyak 240 unit dibagikan kepada penduduk sekitar yang bersedia menyerahkan tanahnya (urban renewal) kepada Perumnas untuk proyek tersebut. (JPE)