Cadangan minyak bumi Indonesia habis tahun 2030 apabila tidak ditemukan cadangan minyak baru. Cadangan minyak Indonesia kini 3,3 miliar barel, tanpa ada cadangan baru. Dengan asumsi produksi konstan 800.000 barel per hari (bph), 12 tahun lagi cadangan itu akan habis.
Oleh karena itu, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar menegaskan agar dilakukan upaya untuk menemukan cadangan minyak baru. Tahun ini saja, Indonesia harus mengimpor minyak lebih dari 700.000 bph untuk memenuhi kebutuhan nasional 1,65 juta bph.
Kini, impor minyak menjadi penyumbang terbesar defisit neraca perdagangan negeri ini. Sedikit saja terjadi kenaikan harga minyak dunia, dampaknya sangat terasa, apalagi jika saat bersamaan terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Sejak tahun 2004, Indonesia menjadi net importir minyak.
Padahal, pada 1981, ekspor minyak Indonesia mencapai 11,31 miliar dollar AS (Kompas, 1 Desember 1981). Tahun 1977 Indonesia bahkan masuk dalam daftar 11 negara produsen minyak terbesar dunia dengan produksi 1,65 juta bph. Bahkan, pada kurun 1970-1990, migas menyumbang 62,88 persen terhadap penerimaan negara. Nilai ekspor migas rata-rata 20,66 miliar dollar AS.
Kekhawatiran akan krisis minyak dalam negeri apabila tak ditemukan cadangan baru sangat beralasan. Bagaimana nasib sebuah bangsa apabila tanpa energi. Oleh karena itu, 2012 pemerintah mengucurkan anggaran 1,3 miliar dollar AS bagi badan usaha milik negara dan investor asing untuk mengeksplorasi blok migas baru. Tahun 2017 sebetulnya pemerintah menawarkan 10 blok minyak potensial untuk dieksplorasi di Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.
Namun, hanya lima blok yang menarik minat investor. Berbagai alasan investor menerima tawaran itu. Tata kelola migas Indonesia dinilai tak kompetitif, antara lain terus berubahnya UU Migas, rumitnya perizinan, dan ketidakpastian pajak.
Bangsa ini harus mulai serius berupaya agar krisis energi tidak terjadi. Selain dengan menemukan cadangan minyak baru, juga mencari dan mengembangkan sumber-sumber energi terbarukan. (Ely)