Sejak peletakan batu pertama pembangunan kota baru Kebayoran, Jakarta, seluas 750 hektar, 18 Maret 1949, kawasan ini dikembangkan dengan sistem blok. Setiap blok dinamai berdasarkan abjad, mulai dari A sampai S.
Salah satunya adalah daerah Blok M, sebagai kawasan komersial, seluas 3 kilometer persegi. Saat itu, sisi utara wilayah dibatasi Jalan Trunojoyo, sisi timur dibatasi Jalan Iskandarsyah Raya, sisi selatan dibatasi Jalan Melawai Raya, dan sisi baratnya dibatasi Jalan Sisingamangaraja.
Di era Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, Blok M makin dikembangkan menjadi kawasan bisnis. Prasarana dan sarana pun disiapkan.
Sebuah terminal bus dan Pasar Melawai kemudian diresmikan pada 18 Juni 1968. Terminal bus dalam kota dibangun dengan biaya Rp 7,5 juta, sedangkan Pasar Melawai menelan biaya Rp 80 juta.
Luas pasar mencapai 20.200 meter persegi (m2), ditambah proyek Sarinah seluas 4.940 m2. Di dalamnya tersedia kios dan toko untuk 579 pedagang yang menjual aneka macam barang. Dibangun pula tempat parkir seluas 7.997 m2 yang bisa menampung 260 kendaraan.
Tidak hanya itu, bioskop megah bernama New Garden Hall dioperasikan pertengahan Desember 1972. Bioskop setara Djakarta Theatre itu berkapasitas 1.076 kursi serta memutar film 70 milimeter dengan tata suara modern.
Sejalan dengan perkembangan zaman, pusat perbelanjaan modern bernama Aldiron Plaza mulai dibangun pada Mei 1977 dan diresmikan pada 23 Desember 1978. Plaza setinggi enam lantai ini menempati tanah seluas 4.000 m2 dengan biaya pembangunan mencapai Rp 3,6 miliar.
Kemudian, sebuah pertokoan bernama Pasaraya Sarinah Jaya dibuka pada pertengahan Desember 1981. Awalnya, sekitar 750 pengusaha kecil dirangkul untuk memasarkan produknya secara eceran untuk menekan harga jual.
Tingginya arus transportasi dari dan ke kawasan Blok M membuat terminal bus yang ada kewalahan. Pemerintah Daerah DKI pun membangun terminal modern dilengkapi mal pada September 1990. Itulah Blok M Mall. (JPE)