Dalam jumpa pers di kediamannya di Jalan Cendana, Jakarta, Kamis (15/12/1971), Ibu Tien Soeharto dengan tegas menyatakan, pembangunan proyek Miniatur Indonesia Indah akan tetap dilaksanakan. Pembangunan akan dimulai pada awal 1972.
Banyak pendapat dilontarkan, seperti dari harian Indonesia Raya, Kami, dan Nusantara yang menyatakan tidak setuju, sedangkan Berita Buana ragu-ragu. Ada seorang menteri yang mengatakan, ini proyek mercusuar, sedangkan yang lain setuju.
Pada Mei 1971, sekitar 100 kepala keluarga yang mewakili lebih dari 300 keluarga di Kampung Dukuh dan Bambu Apus, Kelurahan Lubang Buaya, Ceger, mendatangi kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di Jakarta dan diterima Adnan Buyung Nasution.
Mereka mengadukan kecilnya uang ganti rugi tanah sebesar Rp 100 per meter persegi. Harga pasaran tanah di daerah itu mencapai Rp 325 per meter persegi. Dari keterangan warga, harga tanah ditentukan sepihak oleh Lurah Keling dari Bambu Apus dengan mengatasnamakan warga.
Ibu Tien yang didampingi Mayjen Tjokropranolo (Aspri Bidang Sekuriti Presiden), Kolonel Ngaeran, dan Letkol Dwipajana (Kahumas Sekneg) menjelaskan, proyek ini bertujuan membangun persatuan dan cinta kepada bangsa.
Mereka menghargai keragaman kebudayaan Indonesia lewat bangunan dan seni budaya yang ditampilkan. Tempat ini akan menjadi salah satu tujuan wisata menarik yang diperkirakan setiap hari dikunjungi 10.000 orang.
Proyek yang lalu bernama Taman Mini Indonesia Indah ini dibangun di daerah Ceger, Kecamatan Pondok Gede, Jakarta Timur, seluas 100 hektar. Biayanya mencapai Rp 10,5 miliar dengan rincian Rp 5,5 miliar untuk proyek pokok dan sisanya untuk bangunan pelengkap. Dana pembangunan diperoleh dari sumbangan pengusaha di Jakarta dan daerah serta individu.
Nama penyumbang akan ditulis di dalam buku Apa Siapa yang akan diedarkan ke seluruh dunia. Nama mereka juga dicantumkan pada marmer bangunan utama miniatur Indonesia Indah.
Seorang pengusaha khawatir bahwa penyumbang akan membebankan sumbangan itu pada ongkos produksi sehingga harga jual akan naik.(JPE)