Untuk menggantikan angkutan becak yang secara bertahap dilarang (dihilangkan), Pemerintah DKI Jakarta telah memutuskan untuk mengizinkan beroperasinya 10.000 unit kendaraan jenis ke-4 di wilayah DKI mulai Januari 1974. Angkutan umum jenis ke-4 yang dimaksud antara lain ditetapkan beroda tiga, sopir dan penumpang seatap, jumlah penumpang minimal dua orang, dapat memuat barang maksimal 50 kilogram, dan dapat maju mundur.
Sudah ada tiga jenis yang lolos kriteria, yaitu Super Helicak penemuan Italindo seharga Rp 750.000, Minicar dari PT Bina Logam seharga Rp 650.000, dan Mebea buatan Yunani. Organda DKI Jaya telah menetapkan bahwa yang berhak memperoleh kendaraan tersebut adalah pengusaha oplet, bemo, dan helicak.
Proses penggantian kendaraan jenis baru tersebut dilakukan bertahap selama 2-3 tahun. Juni 1973 terdaftar 714 helicak, 1.338 bemo, dan 3.492 oplet yang beroperasi di Jakarta. Tahap pertama, mulai tahun 1974 oplet buatan tahun 1945 ke bawah sudah tidak boleh berjalan lagi.
Bagi para tukang becak yang ingin beralih pekerjaan sebagai pengemudi angkutan ke-4, Polda Metro Jaya membuka pelatihan di Gelanggang Remaja Planet Senen, Jakarta. Sejumlah 120 penarik becak telah mendaftar.
Pelatihan berlangsung 22 hari. Hingga angkatan ke-4, sudah 410 pengemudi becak yang lulus pendidikan. Mereka diharapkan akan mengisi kekosongan pengemudi jenis angkutan ke-4 ini sebagai pengganti becak.
Program peremajaan angkutan umum ini juga melibatkan partisipasi bank. Tanpa pembayaran uang muka dan jaminan bank, 50 penarik becak menerima kredit dalam bentuk Super Helicak dari Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo).
Harga sebuah Super Helicak pada Maret 1976 mencapai Rp 1,3 juta. Para pengemudi diwajibkan mengangsur Rp 3.500 per hari dalam jangka waktu 46 bulan. Dengan angsuran yang ringan ini, diharapkan setiap pemilik minimal masih mendapat penghasilan bersih Rp 2.000 setelah dipotong uang bensin Rp 1.200 dan angsuran. Penghasilan harian mereka rata-rata Rp 7.000. (JPE)