Setelah 14 tahun berada di pengasingan, pemimpin karismatik Ayatollah Ruhollah Khomeini (78) akhirnya kembali ke Iran. Pesawat Boeing 747 Air France yang membawanya dari Bandara Charles de Gaulle, Paris, Perancis, setelah terbang selama 5 jam 20 menit, akhirnya mendarat di Teheran, Iran, pukul 09.20 waktu setempat atau pukul 12.20 WIB pada 1 Februari 1979.
Dengan mengenakan jubah hitam dan sorban coklat, Khomeini turun dari tangga pesawat secara perlahan dan hati-hati. Sekitar 150 wartawan asing yang menyertai penerbangan tersebut lebih dulu turun.
Di Bandara Mehrabad, Teheran, massa memadati kawasan bandara untuk menyambut kedatangan ulama terkemuka itu. Kota Teheran dipadati jutaan orang yang datang dari kota-kota di sekitarnya.
Di udara, pihak militer yang masih setia kepada Perdana Menteri Shapour Bakhtiar memantau aktivitas lautan massa menggunakan helikopter.
Dalam pidato singkatnya di bandara, Khomeini mengatakan, ia datang untuk menamatkan selamanya Kerajaan Iran. Menghentikan selamanya dinasti Pahlevi yang telah berkuasa selama 50 tahun.
Ucapan Khomeini terbukti. Hanya dua pekan sebelum Khomeini datang, penguasa Iran, Shah Mohammad Reza Pahlevi, dan istrinya, Ratu Farah Diba, serta keluarganya meninggalkan Iran menuju Mesir pada 16 Januari 1979, kemudian menuju Maroko, Bahama, lalu Amerika Serikat dan tak pernah kembali ke Iran hingga akhir hayatnya.
Kekuasaan Shah Reza Pahlevi yang berlangsung selama 38 tahun pun berakhir seiring tamatnya sistem monarki Iran yang telah berlangsung sekitar 2.500 tahun. Kedatangan Khomeini di Iran disusul dengan referendum pada 30 Maret 1979 yang diikuti sekitar 12 juta pemilih.
Dari hasil referendum ini, Ayatollah Ruhollah Khomeini mendekritkan 1 April sebagai Hari Republik Islam Iran. Khomeini wafat pada Minggu, 4 Juni 1989, pukul 07.00 waktu setempat di usia 87 tahun. (THY)