Perancis akan menyelenggarakan program siaran televisi berwarna pada September 1967. Jerman Barat sejak 25 Agustus 1967 menjadi negara pertama di Eropa serta keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang yang secara tetap mengadakan siaran televisi berwarna. Peresmian dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Jerman Barat Willy Brandt saat membuka pameran telekomunikasi ke-25 Berlin Barat.
Indonesia, untuk pertama kalinya, menampilkan televisi berwarna saat pameran Departemen Pertanian yang dibuka Presiden Soeharto di Bina Graha, Rabu (17/3/1971). Televisi itu diimpor oleh Phillips khusus untuk acara tersebut.
Menurut teknisi dari Phillips, penggunaannya sebagai percobaan televisi berwarna di Jakarta dan akan digunakan selama ada pameran di Bina Graha.
Meski stasiun televisi (TVRI) masih menyiarkan siaran hitam-putih, promosi untuk televisi berwarna mulai gencar. Seperti yang terjadi di stan ”Grundig” Jerman Barat di arena Jakarta Fair (sekarang menjadi Pekan Raya Jakarta), Kamis, 18 Juli 1974, malam.
Ratusan orang memadati stan tersebut untuk menikmati siaran televisi berwarna. Selain itu stan Nasional Gobel, Belanda, dan Lembur Kuring juga dibanjiri pengunjung yang ingin menyaksikan teknologi baru itu.
Dalam wawancara dengan Kompas, akhir Maret 1975, Dirjen Radio Televisi dan Film Drs Sumadi berharap proyek siaran televisi berwarna bisa mengudara tahun 1977 untuk Jakarta dan Bandung. Siaran itu nantinya diberi nama siaran metropolitan.
Menurut Sumadi, proyek ini suatu keharusan karena TVRI mulai merasakan sulitnya mendapatkan perlengkapan pemancar untuk siaran hitam-putih. Proyek besar ini mendapat bantuan 4 juta yen dari Jepang.
Pro-kontra soal televisi berwarna muncul. Sebagian masyarakat menganggapnya barang mewah dan memperlebar jurang sosial. Yang lain melihatnya sebagai konsekuensi dari perkembangan teknologi. Pemerintah pun mengajak industri pertelevisian untuk meningkatkan produksinya agar harganya makin terjangkau. (JPE)