Keberadaan korps polisi wanita (polwan) menjadi salah satu bagian dari rencana pembuatan film tentang kegiatan Kepolisian Negara RI oleh Asahi Broadcasting Corporation, Televisi Osaka, Jepang. Untuk itu, produsernya, Hitonari Kuwanto, memilih Bali sebagai lokasi pengambilan gambar pada awal Agustus 1969.
Film itu menceritakan tentang kegiatan polisi sebagai pelindung masyarakat dan penegak hukum. Cerita ini nantinya menjadi bagian dari sebuah film berjudul Policemen of The World yang akan dipamerkan pada Expo tahun 1970 di Osaka.
Beberapa cerita soal polwan, yang baru diterjunkan mengatur lalu lintas pada akhir 1960-an, terasa menarik. Seperti yang disajikan Kompas, 3 September 1970. Di depan Bank Indonesia, Jalan Thamrin, Jakarta, seorang wanita cantik mencoba menyeberang di tengah keramaian.
Seorang polwan yang melihat kejadian itu segera membunyikan peluit dan melakukan gerakan tangan yang meminta wanita itu untuk kembali. Dengan malu-malu wanita itu kembali ke tepi jalan dan menyeberang di tempat penyeberangan yang seharusnya.
Lain lagi kisah dua wanita yang baru turun dari bus di Cawang sekitar pukul 21.00, seperti dimuat Kompas, Rabu, 9 September 1970. Beberapa pemuda iseng mengganggu keduanya. Bahkan, salah seorang pemuda melemparkan rokoknya ke bagian paha salah seorang wanita. Tindakan ini membuat marah si wanita yang kemudian mengeluarkan senjata laras pendek.
Ternyata wanita yang diganggu tersebut adalah polwan yang berpakaian preman dan baru pulang dari kuliah seusai jam kerja. Pemuda iseng itu pun kena batunya.
Kini, keberadaan polwan semakin dibutuhkan. Tidak saja untuk menangani persoalan di bidang Bimapta (pembinaan anak-anak, pemuda, dan wanita), tetapi juga beragam persoalan lain sesuai dengan perkembangan zaman. Semoga pendidikan polwan terus mendapat perhatian pemerintah pada usianya yang ke-71 pada 1 September nanti. (JPE)