Nama Martin Luther King Jr tentu saja sudah tidak asing di telinga kita. Dia adalah pejuang kemanusiaan yang hebat untuk hak-hak warga Negro- Amerika. Namun, dia tewas ditembak pada usia muda (39 tahun) oleh warga kulit putih berdarah Irlandia, James Earl Ray, di Memphis, Amerika Serikat, 4 April 1968.
Enam hari setelah kematian tragis King Jr itu, Kompas pada edisi 10 April 1968 menurunkan berita bertajuk ”The Martin Luther King Memorial Prize”. Hadiah kesusastraan dibuat Inggris untuk mengenang dan mengabadikan perjuangan King Jr serta dianugerakan kepada setiap karya yang merefleksikan ide dan perjuangannya.
Adalah sastrawan Inggris, John Brunner, yang memelopori pengumpulan dana bagi hadiah tersebut. Langkah Brunner disambut luas tidak saja di Inggris, tetapi juga di belahan lain dunia. Hadiah pertama diberikan pada 4 April 1969, setahun setelah pembunuhan King Jr.
Pria kulit hitam itu terlahir dengan nama Michael Luther King Jr, 15 Januari 1929, di Atlanta, Georgia, AS. Orangtuanya adalah Pendeta Martin Luther King Sr dan Alberta Williams King yang keturunan Afrika-Amerika. Ia tumbuh menjadi aktivis sosial yang memimpin pergerakan hak-hak sipil di AS selama belasan tahun sejak pertengahan 1950 hingga pembunuhan mengakhirinya.
King Jr menjadi aktivis kemanusiaan yang ulung, hebat, dan disegani di AS, kemudian menjalar ke seluruh dunia setelah ia dan kaumnya merasakan perlakuan diskriminatif dari kelompok kulit putih.
King Jr berperan besar dalam perjuangan untuk mengakhiri undang-undang pemisahan rasial antara warga kulit hitam dan kulit putih di AS, terutama di wilayah selatan negara itu.
Nama King Jr dikenal luas sejak 1957 saat ia memimpin Konferensi Kepemimpinan Kristen Selatan (SCLC) yang menyuarakan perlawanan tanpa kekerasan. Perjuangan antidiskriminasi ini membawa King Jr pada penerimaan Hadiah Nobel Perdamaian, 1964.
”The Martin Luther King Memorial Prize” yang diberikan setiap tahun sejak 50 tahun lalu membawa pesan tentang pentingnya persamaan hak di belahan dunia mana pun. (CAL)