Wisma Nusantara adalah salah satu proyek prestisius yang dicanangkan Presiden Soekarno pada 1963, setahun setelah pergelaran olahraga akbar Asian Games. Dulu, bangunan itu adalah pencakar langit pertama, yang bukan hanya tertinggi di Indonesia, melainkan juga di Asia Tenggara. Tingginya 117 meter dengan 30 lantai.
Tentu saja sekarang Wisma Nusantara terlihat ”pendek” dibanding gedung-gedung lain di sekitarnya. Namun, seperti diniatkan Bung Karno, setelah hampir setengah abad berdiri, Wisma Nusantara masih menempati daftar gedung perkantoran prestisius dan eksklusif berkat konsep bangunannya yang tak pernah ketinggalan zaman.
Bangunan ini mengusung konsep gedung perkantoran kelas A dan diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan besar, nasional, dan multinasional. Bagian luar dan interior bangunan ini selalu dirawat menggunakan teknologi modern, bahkan diperbarui sehingga selalu relevan dengan kemajuan teknologi perkantoran.
Wisma Nusantara merupakan bagian dari proyek-proyek mercusuar Soekarno pada era 1960-an. Meski Indonesia dilanda krisis ekonomi hebat, beberapa proyek prestisius justru dilakukan Soekarno, seperti membangun Monas tahun 1961 serta Gelanggang Olahraga Senayan dan Hotel Indonesia dalam rangka perhelatan Asian Games 1962.
Pada 1963, selain Wisma Nusantara, Soekarno juga membangun gedung pertokoan modern pertama di Indonesia bernama Sarinah setinggi 74 meter dengan 15 lantai.
Bedanya, Sarinah dibangun dengan dana pampasan perang Jepang, sedangkan Wisma Nusantara dibangun lewat kerja sama perusahaan Jepang, Mitsui Corporation, sehingga kepemilikan dibagi. Mitsui memegang 55 persen saham, sedangkan Indonesia 45 persen.
Wisma Nusantara adalah bangunan tahan gempa pertama di Indonesia dengan konstruksi baja bantuan Jepang. Salah satu alasan Jepang menyumbang struktur baja adalah untuk uji coba. Pasalnya, saat itu Jepang belum yakin dengan kekuatan struktur baja untuk gedung setinggi itu. Setelah percobaan sukses, barulah struktur baja tersebut diterapkan di Jepang. (nug)