Titik pertemuan semua penentang Anwar Sadat di Mesir: Perdamaian Mesir-Israel. Gambar dari tahun 1978 ini menunjukkan Presiden Anwar Sadat dari Mesir (kanan) bersalaman dengan Perdana menteri Menachem Begin dari Israel ketika keduanya dinyatakan sebagai penerima Hadiah Nobel untuk Perdamaian.
Um Khashiba, stasiun pengawas radar Amerika Serikat di tengah Gurun Sinai, Mesir, menjadi saksi bisu pertukaran dokumen perdamaian Israel-Mesir, 25 April 1979. Pertukaran dokumen itu merupakan peristiwa bersejarah bagi persetujuan damai kedua negara pasca-tiga dekade berseteru.
Ratusan anggota Parlemen Israel dan Mesir menghadiri upacara pertukaran dokumen. Delegasi Israel dipimpin Eliyahu Ben-Elissar, Direktur Kantor Perdana Menteri. Delegasi Mesir dipimpin Saad Afra, Wakil Menteri Negara pada Kementerian Luar Negeri. Duta Besar AS di Kairo Herman Eilts dan Duta Besar AS di Tel Aviv Samuel Lewis turut hadir.
Pertukaran dokumen itu adalah kelanjutan dari penandatanganan perjanjian damai yang diadakan di rumah tetirah Presiden AS di Camp David, 26 Maret 1979. Perjanjian damai yang diteken PM Israel Menachem Begin dan Presiden Mesir Anwar Sadat, serta disaksikan Presiden AS Jimmy Carter, itu merupakan perjanjian damai pertama antara Israel dan sebuah negara Arab.
Adapun peristiwa pertukaran dokumen di Sinai itu bagi Israel berarti negara tersebut sudah harus memulai secara bertahap penarikan mundur pasukan dari Sinai. Kapal- kapal Israel pun mulai boleh melayari perairan Teluk Suez (Kompas, 27/4/1979).
Namun, isu terpenting bagi Israel-Mesir adalah mereka akan memulai perundingan mengenai otonomi Palestina, tak lama setelah pertukaran dokumen. Salah satu kerangka kerja sama Israel-Mesir, menurut dokumen perjanjian damai, adalah pengakuan hak-hak rakyat Palestina.
Empat dekade telah berlalu sejak peristiwa Camp David dan Um Khashiba. Namun, Palestina masih menjadi masalah besar antara Israel-Mesir dan Timur Tengah umumnya. Proses dekolonisasi Palestina yang diamanatkan perjanjian Camp David dan momen historis di Um Khashiba kepada Israel tidak terjadi. Israel tetap membangun permukiman Yahudi di teritori Palestina.
Israel-Mesir masih mempertahankan ”perdamaian yang dingin” (The Arab Weekly, 31/3/2019). Hubungan diplomatik dan keamanan masih terus dipertahankan Kairo sekalipun publik Mesir tetap membenci Israel. (CAL)
