Sampah telah menjadi masalah serius di berbagai belahan planet Bumi. Gaya hidup, perilaku, serta pola konsumsi masyarakat berkontribusi pada peningkatan volume sampah dan dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan.
Secara global, berdasarkan data Bank Dunia, volume sampah tumbuh dengan cepat. Tahun 2002 dengan 2,9 miliar penduduk perkotaan, sampah yang dihasilkan sekitar 0,64 kilogram per orang per hari atau 0,68 miliar ton per tahun.
Pada 2012, jumlah penduduk perkotaan meningkat menjadi sekitar 3 miliar, menghasilkan 1,2 kg per orang per hari atau 1,3 miliar ton per tahun. Diperkirakan, pada 2025 penduduk perkotaan mencapai 4,3 miliar, yang akan menghasilkan sampah 1,42 kg per orang per hari atau 2,2 miliar ton per tahun.
Sejak 2016, timbulan sampah di Indonesia, negara berpenduduk 261 juta orang, mencapai 65 juta ton per tahun (Statistik Lingkungan Hidup 2018, Badan Pusat Statistik). Tanpa upaya serius dari pemerintah, swasta, dan masyarakat, volume timbulan sampah akan terus bertambah seiring pertambahan jumlah penduduk.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan, jenis sampah yang dihasilkan didominasi sampah organik (60 persen) dan sampah plastik (15 persen).
Salah satu upaya yang dinilai efektif mengurangi sampah adalah dengan pemilahan sampah mulai dari rumah. Sampah organik hasil pemilahan itu dibuat kompos, sedangkan sampah anorganik dikirim ke pusat daur ulang (PDU).
Satu tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) dapat menghasilkan hingga 18 ton bahan kompos per bulan. Di beberapa daerah, KLHK telah membangun PDU berkapasitas 10 ton sampah per hari, yang mampu melayani 14.000 warga atau sekitar 3.500 keluarga.
Pengomposan dan daur ulang terbukti mengurangi timbulan sampah yang sampai ke tempat pembuangan sampah. Tidak hanya mengatasi masalah lingkungan, pengomposan dan daur ulang juga memberikan manfaat ekonomi bagi warga. (LAM)