Arus kendaraan yang padat dari arah Jakarta menuju Bogor dan sebaliknya mendorong Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) Sutami pada 1969 mengusulkan kepada Presiden Soeharto agar pemerintah membangun jalan by-pass Jakarta-Bogor. Saat itu kendaraan yang melewati ruas Jakarta-Bogor sekitar 9.000 kendaraan per hari. Pada tahun 1978 diperkirakan akan meningkat menjadi 28.000 kendaraan per hari, dan tahun 1983 menjadi sekitar 40.000 kendaraan per hari.
Setelah usulan itu disetujui, tahun 1969-1970 dilakukan studi kelayakan dan 1972 mulai dilakukan pembebasan lahan. Selanjutnya, Desember 1973, dilakukan penandatanganan kontrak antara kontraktor Hyundai Construction Co dari Korea Selatan dan Pemerintah RI.
Biayanya untuk supervisi 2,16 juta dollar AS ditambah Rp 751 juta. Adapun biaya kontraktor totalnya 22 juta dollar AS ditambah Rp 7 miliar. Dikerjakan oleh 84 tenaga kerja asal Korea Selatan dan 1.358 orang Indonesia, akhirnya jalan tersebut selesai tahap pertama akhir 1977.
Jalan yang selesai tersebut panjangnya 30 kilometer yang terbentang antara Cawang (Jakarta) dan Citeureup (Cibinong). Adapun ruas Cibinong-Bogor sepanjang 16 kilometer diresmikan Presiden Soeharto pada 19 April 1979. Kemudian, ruas Bogor-Ciawi sepanjang 6,5 kilometer diresmikan pada 14 Agustus 1979. Jalan tersebut merupakan jalan tol pertama di Indonesia yang terdiri atas empat jalur dan bisa dilalui kendaraan dengan kecepatan 120 kilometer per jam.
Pembangunan jalan tol di Indonesia kini terus berkembang. Bahkan dari Jakarta hingga Surabaya pada Desember 2018 sudah tersambung Jalan Tol Trans-Jawa beserta jaringannya sepanjang 1.167 kilometer. Kini sedang dibangun jalan tol sepanjang 172,9 kilometer dari Probolinggo menuju Banyuwangi. Pembangunan sejumlah ruas jalan tol juga sedang dilakukan di Sumatera dan Kalimantan. (THY)