Terusan Suez dibuka kembali pada Kamis (5/6/1975) setelah delapan tahun tidak beroperasi sejak penutupan kedua pada 5 Juni 1967. Dua hari sebelum pembukaan, Presiden AS Gerald Ford dan Presiden Mesir Anwar Sadat bertemu di Austria dalam suasana riang.
Selama delapan tahun menganggur, Terusan Suez hanya menjadi kuburan kapal-kapal, puluhan ribu ranjau, bom, dan berbagai bahan peledak (Kompas, 4/6/1975). Pertemuan Ford dan Sadat merupakan fajar baru yang menerangi jalan menuju Timur Tengah yang damai. Optimisme telah dimunculkan bahwa upaya penyelesaian konflik di kawasan itu hendak dihidupkan kembali.
Terusan Suez dibuka pertama pada 17 November 1869, 10 tahun setelah dibangun atas prakarsa insinyur Perancis, Ferdinand Vicomte de Lesseps, April 1859. Panjang awal terusan adalah 164 km, tetapi pada 2010 menjadi 193,3 km (suezcanal.gov.eg).
Terusan itu penting guna mempersingkat rute transportasi, mendukung niaga dan bisnis. Kapal dagang dari Laut Tengah ke Samudra Hindia tidak perlu lagi mengitari Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
Namun, 97 tahun setelah pembukaannya, yakni pada Juli-Desember 1956, Terusan Suez tutup pertama kali akibat serangan koalisi Israel, Inggris, dan Perancis. Koalisi mau merebutnya dari Mesir yang telah secara sepihak menasionalisasi Terusan Suez pada 26 Juli 1956.
Konfrontasi mereda pada Desember 1967 setelah PBB, AS, dan Uni Soviet melakukan intervensi. Namun, Israel-Mesir kembali terlibat konflik sejak Perang Enam Hari, 5 Juni 1967, hingga akhir perang Yom Kippur, 26 Oktober 1973. Meski kalah secara militer, Mesir menang secara diplomatik dengan menguasai terusan.
Setelah ditutup sementara, Mesir akhirnya membuka lagi Terusan Suez bagi umum, 5 Juni 1975. Israel merespons positif dengan menarik mundur semua kekuatan militernya menjauhi Terusan Suez. Konflik pun reda.
Indonesia pun bisa memacu ekspor ke Timur Tengah dan Eropa serta mengembangkan armada pelayaran antarsamudra. Terusan itu bermanfaat bagi usaha perdagangan. Saat itu diprediksi, di daerah sekitarnya bakal tumbuh pusat-pusat baru perekonomian. (CAL)