Disertasi tentang sajak Rendra itu berjudul ”Rendras Gedichtsammlungen (1957-1972): Ein Beitrag zur Kenntnis der zeitgenössischen Indonesischen Literatur” atau ”Kumpulan Sajak Rendra (1957-1972): Sumbangan kepada Pengetahuan Sastra Indonesia Dewasa Ini”. Disertasi Rainer Carle ini membahas sajak-sajak Rendra yang terkumpul dalam empat buku, yaitu Balada Orang-orang Tercinta (1957), 4 Kumpulan Sajak (1961), Blues untuk Bonnie (1971), dan Sajak-sajak Sepatu Tua (1972).
Disertasi tersebut sudah dibukukan dalam bahasa Jerman. Menurut Prof A Teeuw, buku itu merupakan sumbangan penting bagi sastra Indonesia karena secara sistematis dan cermat menganalisis karya pengarang modern Indonesia, yang dapat dikatakan sesuai dengan norma dan mutu internasional. Teeuw menyebut Rendra (1935-2009) sebagai tokoh sastra dan drama Indonesia yang tidak ada bandingannya dari segi mutu karya dan pengaruh budayanya.
Sastrawan kelahiran Solo, Jawa Tengah, pada 24 Juni 1943, itu mendapat sejumlah undangan tampil di forum sastra internasional, antara lain di Poetry International Rotterdam, Belanda, dan di Bilt Festival, Berlin, Jerman. Akan tetapi, pada saat undangan itu diterima, Rendra sedang ditahan oleh aparat keamanan Pelaksana Khusus Daerah Jakarta Raya (Laksusda Jaya).
Menurut Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) Laksamana Sudomo, Rendra ditahan karena dianggap menghasut dengan pembacaan puisi di Taman Ismail Marzuki. Menurut Rendra, sajak-sajaknya itu berupa rekaman lingkungan dan kesaksian terhadap zaman. Saat membacakan puisi, terjadi pelemparan kantong amonia di arena acara.
Sebelumnya, pada Oktober 1977 Rendra dengan Bengkel Teater-nya belum diizinkan untuk mementaskan drama Sekda di Yogyakarta. Di Jakarta, Sekda (singkatan dari Sekretaris Daerah) sukses digelar di Taman Ismail Marzuki. Ratusan orang gagal menonton karena tidak kebagian tiket. (XAR)