Stadium Negara Kuala Lumpur, Sabtu, 6 Juni 1970. Tribune yang teramat panas oleh emosi para penonton kedua kubu pun meledak. Suporter Indonesia berhamburan ke lapangan bulu tangkis, segera setelah jagoan Indonesia, Muljadi, menyabet bola tanggung seterunya dari Malaysia, Abdulrachman.
Muljadi menang 15-5, 15-5. Indonesia memastikan menggondol kembali trofi kejuaraan bulu tangkis beregu putra Piala Thomas. Skor sementara 5-1.
Hingga akhir pertarungan final, Indonesia menang telak 7-2. Pada era itu, Piala Thomas dimainkan dengan maksimal sembilan partai pertandingan untuk mengejar lima partai kemenangan untuk sang juara. Kemenangan di Kuala Lumpur bukan sekadar statistik. Indonesia empat kali menjadi juara Piala Thomas.
Namun, ini adalah kemenangan yang emosional setelah dalam perhelatan sebelumnya di markas sendiri, Jakarta, Indonesia harus menyerahkan Piala Thomas kepada seteru besarnya Malaysia. Laga di Senayan memang teramat membara. Dukungan penonton tuan rumah Indonesia nyaris brutal.
Lepas dari prestise bangsa lewat kejuaraan bulu tangkis itu, ada satu nilai teramat berharga yang ditampilkan Rudy Hartono, Indra Gunawan, Muljadi, Darmadi, dan para pemain tim Indonesia lainnya. Kemenangan sebuah tim hanya bisa dicapai jika setiap anggotanya punya semangat dan ambisi untuk berbuat terbaik secara individual.
Skor tujuh partai kemenangan bisa mewujud menjadi kejayaan Indonesia karena para pemain yang turun di partai-partai pertandingan itu mampu menampilkan permainan terbaiknya untuk mengamankan tugasnya. Inilah dasar dari kerja sama sebuah tim.
Sebuah kelompok, perusahaan, hingga negara juga dapat jaya jika setiap anggotanya, masyarakatnya, mampu memberikan yang terbaik di bidang kerja masing-masing. Meski hanya menyumbang sedikit, keberhasilan setiap individu akan terus membesar, membentuk menjadi kejayaan negeri jika diakumulasikan. (YNS)