Empat puluh lima tahun silam, laboratorium persungaian pertama didirikan di Solo dengan dukungan investasi dan teknologi dari Jepang. Laboratorium persungaian ini pada tahap awal hanya melayani proyek Bengawan Solo.
Laboratorium sederhana tersebut menjadi cikal bakal Balai Sungai yang organisasinya berada di bawah Pusat Penelitian Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Fasilitas itu memiliki dua laboratorium, mekanika tanah dan hidrolika.
Di laboratorium mekanika tanah dilakukan pengecekan terhadap pembuatan waduk dan tanggul. Adapun laboratorium hidrolika dibutuhkan untuk meneliti curah hujan, keadaan sungai, debit sungai, dan besarnya erosi. Laboratorium persungaian juga mengumpulkan data serta melakukan observasi hidrologi, meteorologi, dan hidrometri di beberapa tempat sepanjang Bengawan Solo.
Dalam kapasitas lebih kecil, saat itu sudah ada dua laboratorium pengaliran, yaitu Lembaga Penyelidikan Masalah Air di Bandung dan Laboratorium Pengaliran Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Keduanya melayani proyek irigasi dan bangunan pengairan lainnya.
Balai Sungai yang ada sekarang terdiri dari empat laboratorium, yakni Uji Model Hidraulik Fisik (indoor laboratory dan outdoor laboratory), Kalibrasi Current Meter, Mekanika Tanah, dan Permodelan Matematik/Numerik. Laboratorium tersebut mendukung kerja Balai Sungai untuk penanggulangan kerusakan sungai-sungai di Indonesia berupa perubahan morfologi, agradasi ataupun degradasi dasar sungai, gerusan lokal, dan lain-lain; pengendalian banjir secara terpadu; konservasi alur sungai dan sumber daya air; serta pengelolaan wilayah sungai.
Fasilitas laboratorium di Balai Sungai tidak sebatas untuk kebutuhan Bengawan Solo, tetapi juga melayani proyek-proyek sungai di seluruh Indonesia. (LAM)