Meski sudah berdiri sejak 8 Agustus 1967 lewat deklarasi di Bangkok oleh lima negara, yakni Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia, selama 9 tahun organisasi ASEAN tak punya sekretariat tetap dan hanya punya standing committee. Baru pada 1976 dalam sidang KTT di Bali muncul kesepakatan membentuk Sekretariat ASEAN di Jakarta.
Sekretariat ASEAN resmi berdiri 7 Juni 1976 dan yang ditunjuk sebagai sekretaris jenderal pertama ASEAN adalah Mayor Jenderal HR Dharsono, mantan Panglima Kodam Siliwangi, yang pernah menjadi duta besar di Thailand dan Kamboja, lalu menjadi Ketua Delegasi RI pada Komisi Penyelesaian Perang Vietnam (1973-1975).
Namun, saat itu, gedung Sekretariat ASEAN di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, itu baru mulai dibangun. Untuk sementara Dharsono berkantor di Departemen Luar Negeri. Pembangunan gedung Sekretariat ASEAN yang awalnya digelontor dana Rp 2,8 miliar itu molor penyelesaiannya karena kesulitan ekonomi.
Karena ada devaluasi rupiah pada 15 November 1978, anggaran melejit hampir Rp 6 miliar dan penyelesaiannya terus tertunda sampai akhir 1980. Presiden Soeharto baru meresmikan gedung Sekretariat ASEAN pada 9 Mei 1981.
Namun, saat gedung diresmikan, Sekjen ASEAN HR Dharsono sudah tak lagi menjabat. Sebab, pada 1978, Dharsono dicopot Presiden Soeharto karena keterlibatannya pada Petisi 50, sekelompok tokoh politik, militer, dan masyarakat yang getol mengkritisi kebijakan-kebijakan Presiden Soeharto saat itu.
Dharsono diganti Umarjadi Notowijono beberapa bulan, lalu jabatan sekjen dipegang bergiliran di antara anggota ASEAN, yang keanggotaannya sudah bertambah.
Wajah Sekretariat ASEAN kini berubah lagi. Pemerintahan Presiden Jokowi membangun lagi gedung baru dengan anggaran Rp 448,77 miliar sejak 2018. Dalam setahun gedung kembar yang megah, masing-masing 16 lantai dengan jembatan penghubung skybridge sepanjang 40,5 meter, itu selesai dan kini tinggal menunggu diresmikan. (NUG)