Sejak didirikan tahun 1961, praja muda karana atau pramuka mewadahi gerakan kepanduan untuk berkontribusi nyata kepada masyarakat luas. Menyongsong peringatan satu dasawarsa (10 tahun) berdirinya pramuka, jauh-jauh hari anak-anak muda dari berbagai penjuru Tanah Air sudah terjun ke masyarakat untuk mengasah kepekaan sosial dan lingkungan.
Salah satu acara yang dimaksud adalah Perkemahan Wirakarya Pramuka II di Gisting, Lampung Selatan. Seperti diberitakan Kompas edisi 17 Juli 1971, Sekretaris Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka Aziz Saleh menyebutkan, perkemahan itu diikuti 4.000 anggota pramuka dari seluruh Indonesia.
Mereka membangun bendungan sepanjang 3 kilometer di daerah Gisting, Talang Padang, Kabupaten Lampung Selatan. Perkemahan itu bagian dari puncak peringatan satu dasawarsa pramuka, yakni 14 Agustus 1971.
Bendungan itu bisa mengairi persawahan seluas 104 hektar. Secara bergilir, setiap pekan, dikerahkan 400-600 anggota pramuka yang penugasannya diatur oleh kwartir cabang dari seluruh Indonesia. Mereka berusia 16-25 tahun.
Pembangunan bendungan dirangkaikan dengan penghijauan. Pramuka pria mengerjakan bendungan, sedangkan perempuan menanam pepohonan di bukit yang gundul dengan tanaman seperti cengkeh dan kopi.
Saat ini, jumlah anggota pramuka di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, yakni sekitar 21 juta orang dari total 30 juta anggota kepanduan di seluruh dunia. Mereka terbagi dari tingkat penggalang (11-15 tahun), penegak (16-20 tahun), hingga pandega (21-25 tahun).
Presiden Joko Widodo dalam perayaan HUT Ke-57 Gerakan Pramuka, Selasa (14/8/2018), di Jakarta, mengingatkan, ”Pramuka harus menguasai keahlian coding, robotika, kecerdasan buatan, dan teknologi digital.”
Anggota pramuka saat ini merupakan generasi milenial dengan cara pikir berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka adaptif dengan kemajuan teknologi sehingga lebih kreatif, inovatif, dan produktif. (NAR)