logo Kompas.id
Arsip KompasKetika Cita-cita Menjadi...
Iklan

Ketika Cita-cita Menjadi Utopia

Oleh
· 2 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/vs_CnXCGu7kjImagPENG8pJ85Z0=/1024x585/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2FTIM-RENANG-INDONESIA1-04_1567120317.jpg
KOMPAS/TH A BUDI SUSILO

Regu Indonesia berbaris dalam upacara pembukaan di Taipei. Dari depan: Rais Mohamad (salah seorang pelatih), Yole Talula Yusharyahya, T. Dewi Asmara Oetojo, Tony Tjokroaminoto, Anita Sapardjiman, Ha \'Kie Nyan dan Pamor Brantakesuma.  Foto ini dimuat Harian Kompas edisi  11 Agustus 1975.

Penolakan terhadap Taiwan itu merupakan bentuk sikap politik Pemerintah Yugoslavia terhadap Taiwan. Seperti banyak negara sosialis saat itu, Yugoslavia memiliki kebijakan politik terhadap satu China yang tegas. Mengakomodasi kehadiran atlet Taiwan dalam sebuah kejuaraan dunia agaknya dapat dilihat sebagai sikap menyediakan panggung bagi Taiwan.

Taiwan—menyebut diri sebagai Republik China—sudah lebih dari 20 tahun, saat itu, mengejar pengakuan global sebagai negara yang mandiri. Semua berakar dari perang saudara antara kelompok komunis dan nasionalis China pasca-Perang Dunia II.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000