Uang sumbangan Muhammad Ali—dan 10.000 dollar AS dari Don King—akan dipergunakan Unicef dan Badan Pembangunan Afrika Merdeka (Africare) untuk membantu pembuatan sumur-sumur di Senegal dan Niger. Kedua negara itu tengah dilanda kekeringan akibat kemarau panjang.
Dalam enam tahun hingga 1975 itu, negara-negara Sahelian dilanda kekeringan. Diduga, sekitar 100.000 penduduk meninggal akibat bencana tersebut. Sebagian besar di antara korban adalah anak-anak.
Kondisi ekonomi negara-negara itu yang pada dasarnya sudah lemah menjadi hancur lebur. Sahelian adalah sebutan bagi zona biogeografi transisi antara wilayah kering gurun Sahara di Afrika bagian utara dan kawasan sabana di selatannya. Zona itu membentang dari barat ke timur, masuk dalam wilayah sejumlah negara seperti Senegal, Mauritius, Mali, Burkino Faso, Aljazair, Niger, Nigeria, Kamerun, Chad, Sudan, hingga Etiopia.
Bencana yang merenggut banyak nyawa tak hanya kali itu terjadi di Afrika. Kurun 1983-1985, warga Etiopia juga dilanda kelaparan. Lebih dari 1 juta orang tewas. Pada 1985, kembali para pesohor dunia turun tangan. Kali ini dimotori para musisi di berbagai belahan dunia. Puncaknya adalah konser Live Aid di Stadion Wembley, Inggris, yang dibidani musisi asal Irlandia, Bob Geldof.
Sejatinya, bencana yang merenggut nyawa seperti di Afrika itu bukan semata disebabkan amukan alam. Kondisi Etiopia (dan sejumlah negara Afrika) saat itu diperparah oleh pertikaian. Pada 1983, misalnya, sudah 400.000 warga Etiopia mengungsi ke Sudan akibat kekeringan dan pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak Eritrea. Sudan juga dipenuhi 170.000 pengungsi Uganda akibat perang saudara antara tentara pemerintah dan loyalis mantan diktator Idi Amin.
Jadi, sebagian manusia memang tak beruntung memperoleh lahan yang kerontang. Namun, semua bisa berubah jadi bencana bukan oleh alam, melainkan oleh ketamakan dan kurangnya kemanusiaan kita sendiri. (YNS)