Hari Kesaktian Pancasila yang kita peringati setiap 1 Oktober bermula dari Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto pada 17 September 1966. Dalam surat itu dinyatakan, peringatan harus dilakukan oleh seluruh slagorde (pasukan) Angkatan Darat dengan mengikutsertakan angkatan lainnya serta massa rakyat. (Kompas, 27 September 1966).
Setelah keputusan tersebut keluar, Wakil Panglima Angkatan Darat Letjen Maraden Panggabean dalam jumpa pers menjelaskan, Pancasila sebagai way of life bangsa Indonesia pada tanggal itu mendapat ancaman yang luar biasa sehingga hampir saja Pancasila musnah dari Bumi Pertiwi. Namun, Pancasila selamat dari serangan fisik penganut Marxisme, Leninisme, dan Maoisme. Karena itu dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber kekuatan moril dan spiritual bangsa ini.
Peringatan Hari Kesaktian Pancasila, menurut Panggabean, dimaksudkan agar bangsa Indonesia mengingat kembali kekejaman G30S/PKI, serta untuk mencegah terulangnya kembali peristiwa tersebut.
Pada 1 Oktober 1966, untuk pertama kalinya peringatan Hari Kesaktian Pancasila diselenggarakan di Lubang Buaya. Para menteri, duta besar, dan atase militer negara sahabat serta rombongan lainnya dalam jumlah besar, menggunakan bus PPD, beriringan dari sekitar Monumen Nasional menuju Lubang Buaya. Bertindak sebagai inspektur upacara ialah Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto.
Di Bandung, upacara berlangsung di Lapangan Tegal Lega dengan inspektur upacara Panglima Kodam VI Siliwangi Mayjen HR Dharsono, dengan diikuti ribuan tentara dan mahasiswa.
Di Jakarta, upacara peringatan juga diikuti ribuan mahasiswa yang tergabung dalam berbagai kesatuan aksi dan berlangsung di halaman Markas Kostrad. Setelah upacara, para mahasiswa melakukan aksi di depan Istana Merdeka menuntut penjelasan Presiden Soekarno soal aksi G30S/PKI. (THY)