Tahun 1975, tim peneliti dari Jerman Barat menyimpulkan bahwa seperlima tanaman kelapa di Sumatera Barat dirusak oleh bajing. Petani kelapa menderita kerugian 8.000 ton hingga 9.000 ton kopra setiap tahun.
Oleh
Nasru Alam Aziz
·2 menit baca
Tahun 1975, tim peneliti dari Jerman Barat menyimpulkan bahwa seperlima tanaman kelapa di Sumatera Barat dirusak oleh bajing. Akibatnya, menurut Gubernur Sumbar Harun Zain, petani kelapa di wilayahnya menderita kerugian 8.000 ton hingga 9.000 ton kopra setiap tahun.
Diberitakan pula, petani di Kabupaten Padang/Pariaman, daerah penghasil utama kopra di Sumbar, mengalami penurunan penghasilan hingga 30 persen (Kompas, 24 Oktober 1975). Petani lantas memburu bajing yang dianggap sebagai hama utama.
Bajing (Callosciurus notatus) sering disamakan dengan tupai (Tupaia javanica), padahal anatomi dan perilaku dua jenis hewan pengerat ini berbeda. Bajing yang dalam bahasa Inggris disebut squirrel memakan buah-buahan, sedangkan tupai (treeshrew) pemakan serangga.
Serangan bajing ditandai dengan kerusakan pada tajuk dan buah kelapa. Bajing melubangi dan memakan buah kelapa yang masih muda ataupun tua. Seekor bajing merusak hingga dua buah kelapa dalam sebulan.
Perburuan besar-besaran terhadap bajing berhasil meningkatkan kembali produktivitas perkebunan kelapa. Namun, hilangnya bajing ternyata memberi udara segar bagi kumbang kelapa. Kotoran dan urine bajing yang mengganggu kumbang kelapa, atau menjadi semacam insektisida alami, tidak ada lagi.
Dampak peningkatan populasi kumbang kelapa lebih parah dibandingkan dengan serangan bajing. Kumbang kelapa memakan daun muda dan batang hingga akhirnya pohon kelapa mengering dan mati.
Saat ini, produktivitas perkebunan kelapa menurun bukan hanya karena serangan hama, melainkan usia yang sudah tua dan belum diremajakan. Produksi kelapa petani sangat rendah, hanya sekitar 1 ton per hektar. Hasil yang optimal adalah 2 ton hingga 3 ton per hektar.
Tahun 2015, menurut data Kementerian Pertanian, areal tanaman kelapa di Sumbar tercatat 89.900 hektar dengan produksi 83.661 ton. Angka tersebut terus menurun dan diperkirakan tahun ini menjadi 86.458 hektar dengan produksi 69.622 ton. (LAM)