Kajian bidang ekonomi mencatat sejarah dengan tinta emas pada bulan Oktober 1969 setelah panitia Penghargaan Nobel untuk pertama kalinya memberikan hadiah untuk dua ekonom, Jan Tinbergen dan Ragnar Frisch. Sebelumnya, Penghargaan Nobel hanya diberikan kepada orang-orang yang berjasa pada bidang fisika, kimia, kedokteran, sastra, dan perdamaian.
Harian Kompas pada Rabu, 29 Oktober 1969, di halaman 1 memuat berita tentang terpilihnya Profesor Tinbergen asal Belanda dan Profesor Frisch asal Norwegia yang ditetapkan Akademi Sains Kerajaan Swedia untuk menerima Hadiah Nobel bidang ekonomi. Mereka dianggap berjasa dalam mengembangkan dan menerapkan ”cara-cara dinamis untuk menganalisis proses ekonomi”. Pada ilmu ekonomi ini dikenal dengan ekonometrika.
Tinbergen (66 tahun kala itu) adalah sarjana ilmu alam di Universitas Leiden sebelum hijrah menekuni bidang ekonomi di Universitas Erasmus. Dia kemudian diserahi tanggung jawab oleh Pemerintah Belanda untuk membuat perencanaan pembangunan. Sementara Frisch (74 tahun) adalah ekonom dari Universitas Oslo yang pernah menjadi penasihat ekonomi Pemerintah Mesir dan India. Sejak 1930, Frisch dikenal luas dunia berkat sejumlah teori ekonometri dan metode pengembangan ekonomi.
Frisch yang guru besar ekonometrika menggambarkan ilmu yang didalaminya adalah sebuah upaya untuk mengubah ilmu ekonomi menjadi sebuah ilmu pengetahuan kuantitatif berdasarkan ilmu fisika dan matematika.
Sejak pertama bidang ekonomi mendapat Hadiah Nobel, kemudian muncullah nama-nama populer di dunia ilmu ekonomi yang masuk daftar pemenang. Mereka antara lain Paul Samuelson (Universitas Harvard/1970), Gunnar Myrdal (Universitas Stockholm/1974), Milton Friedman (Universitas Chicago/1976), dan Paul Krugman (Universitas Princeton/2008).
Hadiah Nobel bidang ekonomi pada 2019 dimenangi tiga ekonom, yakni Abhijit Banerjee (MIT), Esther Duflo (MIT), dan Michael Kremer (Harvard). Mereka meneliti isu-isu penanggulangan kemiskinan global. (JOY)