Pada tahun 1968, Gubernur Sumatera Barat Harun Zain berkunjung ke Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Thailand. Ia mendapat pelajaran bahwa jika uang dibelikan traktor atau pupuk, hasilnya lebih produktif.
Oleh
SUBUR TJAHJONO
·2 menit baca
Pembangunan ekonomi negara tetangga dari aspek tertentu lebih maju dibandingkan dengan Indonesia sehingga pemerintah mempelajarinya. Gubernur Sumatera Barat Harun Zain secara berturut-turut berkunjung ke Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Thailand, tahun 1968. Tujuan kunjungan ini membandingkan pembangunan ekonomi di negara-negara itu.
Kemajuan pembangunan ekonomi diilustrasikan Gubernur Sumatera Barat periode 1967-1977 itu dengan fakta-fakta yang dilihatnya. Tentang industri Jepang, ia mengakui Indonesia memang jauh terbelakang.
Di Korea Selatan (Korsel), Harun menghargai sikap rakyat Korsel yang meninggalkan beberapa adat istiadat yang menghambat demi keberhasilan pembangunan ekonomi. Ia membandingkannya dengan kebiasaan orang Indonesia yang suka membeli emas jika mempunyai uang. Padahal, jika uang dibelikan traktor atau pupuk, hasilnya lebih produktif.
Di Filipina, Harun mengunjungi Pusat Penelitian Padi Internasional Los Banos. Ia heran mengapa bibit unggul yang sebagian berasal dari Indonesia ditemukan terlebih dahulu oleh peneliti Filipina.
Salah satu cara melihat kemajuan ekonomi penduduk suatu negara dengan melihat angka produk domestik bruto (PDB) per kapita. Berdasarkan data Bank Dunia, tahun 1968, PDB per kapita Indonesia sebesar 65 dollar AS, Thailand 175 dollar AS, Korsel 198 dollar AS, Filipina 225 dollar AS, dan Jepang 1.451 dollar AS. Indonesia paling rendah dibandingkan dengan negara-negara tersebut.
Bagaimana perkembangan 50 tahun kemudian? Tahun 2018, PDB per kapita Indonesia naik menjadi 3.893 dollar AS, Filipina 3.103 dollar AS, Thailand 7.274 dollar AS, Korsel 31.363 dollar AS, dan Jepang 39.287 dollar AS. PDB per kapita Indonesia sudah mampu lebih baik daripada Filipina, tetapi masih tertinggal dibandingkan dengan Thailand, apalagi Korsel dan Jepang.