Ganefo Asia I lahir sebagai pengembangan dari pesta olahraga negara-negara Asia-Afrika, Ganefo, yang digelar tiga tahun sebelumnya, 1963. Ganefo dan Ganefo Asia hanya pernah sekali digelar.
Oleh
Yunas Santhani Azis
·2 menit baca
Ganefo Asia I lahir sebagai pengembangan dari pesta olahraga negara-negara Asia-Afrika, Ganefo, yang digelar tiga tahun sebelumnya, 1963. Seiring pudarnya pengaruh penggagasnya, Presiden Soekarno, redup pula ajang yang jadi tandingan pekan olahraga ”milik” Komite Olimpiade Internasional, IOC, itu. Kenyataannya, Ganefo dan Ganefo Asia hanya pernah sekali digelar.
Dalam pidatonya yang dibawakan oleh Wakil Perdana Menteri Subandrio, Soekarno menegaskan, Ganefo adalah ide sejarah. Ganefo lahir guna menggalang kekuatan revolusioner internasional untuk menghancurkan neokolonialisme (nekolim) dan membangun dunia baru (Kompas, 27/11/1965).
Ganefo digelar pada November 1963 di Jakarta. Sebanyak 51 negara (peserta dan peninjau) mengikuti pekan olahraga itu. Semua diawali dari teguran IOC tatkala Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV, 1962. IOC mempertanyakan ketidakhadiran Israel dan Taiwan pada pekan olahraga itu dan menganggap Indonesia sengaja tak mengundang keduanya. Konsekuensinya, IOC mengancam tidak memperkenankan Indonesia berpartisipasi pada Olimpiade Tokyo 1964.
Sejarah mencatat, pesta olahraga yang pernah berarti di percaturan politik dunia itu tak pernah mewujud untuk kedua kali.
Tamparan itu dijawab dengan lantang dan tegas oleh Indonesia yang waktu itu sedang bergelora melawan imperialis dan kapitalis (Kompas, 22 Oktober 1966). Hingga akhirnya, pada 27 April 1963 dalam pembukaan konferensi persiapan Ganefo, Bung Karno mengatakan, ”...and let us now establish the Games of the New Emerging Forces. The Ganefo.”
Pada 25 September 1965 di Beijing, China, sembilan negara membentuk Komite Ganefo Asia. Komite itu pun memutuskan menggelar Ganefo Asia I di Phnom Penh, Kamboja, tahun 1966 (Kompas 28 September 1965). Pada saat yang sama, Indonesia dan China terus mengupayakan kelanjutan pesta olahraga Asia-Afrika, Ganefo II. Menurut rencana, ajang itu akan digelar di Kairo, Mesir, pada 1967.
Setelah Phnom Penh, Ganefo Asia II juga direncanakan dihelat di Beijing 1970. Sejarah mencatat, pesta olahraga yang pernah berarti di percaturan politik dunia itu tak pernah mewujud untuk kedua kali.
*”Sekali berarti sudah itu mati” adalah bait dalam puisi Diponegoro karya Chairil Anwar.