Tahun 1973, film Salah Asuhan mengawali era tampilnya karya sastra Indonesia di layar lebar. Film itu diadaptasi dari novel Salah Asuhan karangan Abdul Muis, (1928), menandai masa awal angkatan Balai Pustaka.
Oleh
Nasru Alam Aziz
·2 menit baca
Tahun 1973, film Salah Asuhan mengawali era tampilnya karya sastra Indonesia di layar lebar. Film itu diadaptasi dari novel Salah Asuhan karangan Abdul Muis, yang terbit tahun 1928, menandai masa awal angkatan Balai Pustaka.
Sejak pertama kali diterbitkan Balai Pustaka, Salah Asuhan sudah puluhan kali naik cetak. Dalam seri Sastra Klasik, Balai Pustaka menerbitkan kembali pada tahun 2008 sebagai cetakan ke-36. Yayasan Lontar menerbitkannya dalam bahasa Inggris, Never the Twain (2010).
Dalam film produksi PT Tati & Son Jaya Film, peran utama dimainkan oleh Dicky Zulkarnain (Hanafi), Rima Melati (Rapiah), dan Ruth Pelupessy (Corrie du Bussee). Skenario film Salah Asuhan ditulis oleh Asrul Sani sekaligus menyutradarai (Kompas, 27 Desember 1972).
Pada 1973, Asrul Sani juga menulis skenario film Bulan di Atas Kuburan, terinspirasi sebaris puisi berjudul Malam Lebaran (1955) karya penyair Sitor Situmorang. Malam Lebaran menjadi karya ikonik Sitor Situmorang karena terdiri dari judul dan hanya sebaris isi.
Karya sastra bagai mata air, mengalirkan inspirasi tiada habis. Bulan di Atas Kuburan diangkat kembali pada tahun 2015 oleh sutradara Edo WF Sitanggang. Salah Asuhan pun kemudian lahir sebagai sinetron, tayang 25 episode di RCTI mulai 23 Desember 2017.
Salah Asuhan sama masyhurnya dengan Sitti Nurbaya (1922) karya Marah Rusli, yang sudah dua kali dibuat dalam format sinetron, 1991 dan 2004. Dari angkatan Pujangga Baru, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939) karangan Hamka diangkat ke layar lebar tahun 2013.
Ronggeng Dukuh Paruk (1982) karya Ahmad Tohari, yang telah diterbitkan dalam lima bahasa, dua kali difilmkan. Hanya setahun setelah terbit, trilogi itu difilmkan dengan judul Darah dan Mahkota Ronggeng, lalu Sang Penari (2011).
Beberapa tahun terakhir sederetan judul novel berebut layar bioskop, di antaranya Laskar Pelangi, Ayat-ayat Cinta, 99 Cahaya di Langit Eropa, 5 cm, Perahu Kertas, Critical Eleven, dan Dilan 1990.
Presiden Joko Widodo bahkan sempat menonton Dilan 1990 di Senayan City, 25 Februari 2018. Jokowi memuji film dari novel karya Pidi Baiq itu sebagai sebuah kesederhanaan dengan sudut pengambilan gambar yang pas.