Dari Wangsa Syailendra untuk Dunia
Candi Borobudur, yang mulai dipugar tahun 1973 oleh Pemerintah Indonesia dengan bantuan UNESCO dan dana internasional, sebenarnya telah ditemukan pada 1814. Saat itu, Thomas Stamford Raffles yang mewakili pendudukan Inggris mengizinkan peneliti Belanda, Hermann Cornelius, untuk melakukan ekspedisi arkeologi. Setelah Borobudur dipugar, pada 1991, UNESCO menetapkannya sebagai Situs Warisan Dunia.
Candi Buddha Mahayana yang terletak di lembah Kedu, Pulau Jawa, ini dibangun pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra (650-1025). Menurut laman World Heritage Centre UNESCO, candi dibangun dalam tiga tingkatan: bagian dasar piramidal dengan lima teras persegi, bagian tengah berbentuk kerucut dengan tiga pelantar melingkar, dan paling atas berupa stupa besar. Dinding dan langkan didekorasi dengan relief. Pada pelantar, ada 72 stupa kerawang yang masing-masing berisi patung Buddha.
Bangunan candi melambangkan kosmologi Buddha, yakni alam semesta dibagi menjadi tiga, dikenal sebagai arupadhatu (ranah tanpa wujud), rupadhatu (ranah wujud), dan kamadhatu (ranah hawa nafsu). Arupadhatu diwakili tiga pelantar dan stupa besar, rupadhatu diwakili lima teras, dan kamadhatu diwakili bagian dasar candi.