Pencurian Ikan Bukan Cerita Baru

Kapal-kapal asing yang diduga berasal dari Jepang atau Singapura kini mulai tampak lagi melakukan kegiatan penangkapan ikan di sepanjang pantai barat Sumatera

Pencurian ikan oleh nelayan asing menjadi masalah di Indonesia sejak lama. Pencurian ikan di pantai barat Indonesia oleh nelayan Jepang dan Singapura, seperti diberitakan harian Kompas, 6 Maret 1971, hanya salah satu yang tercatat dalam pemberitaan.

Berita awal tentang pencurian ikan yang dicatat harian Kompas sejak terbit 28 Juni 1965 adalah berita Kapal Motor (KM) Jepang Nanyo Maru tertangkap basah mencuri ikan 8 ton di perairan Pulau Obi, Maluku Utara (Kompas, 16/5/1967).

KM Nanyo Maru ditangkap pejabat Kementerian Perhubungan yang kebetulan lewat di perairan Obi. Para pejabat itu berada di KM Permata yang berlayar dari Ambon ke Ternate. Pejabat itu, antara lain, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Laksamana Muda Soesatyo Mardi dan Inspektur Jenderal Maritim Komodor PBFJ Kojonggijan.

Proses hukum terhadap nelayan asing berlangsung sejak itu. Sebagai contoh, Pengadilan Negeri Medan, Sumatera Utara, memvonis empat nelayan Malaysia yang mencuri ikan masing-masing 2,5 bulan penjara dan denda Rp 2.500 (Kompas, 21/10/1967).

Meski demikian, proses hukum itu tidak menghentikan pencurian ikan oleh nelayan asing pada tahun-tahun berikutnya. Kapal asal Vietnam ditangkap di Zona Ekonomi Eksklusif Laut Natuna Utara, Kepulauan Riau, pada 13 Oktober 2019. Kapal Malaysia ditangkap pada 14 Oktober 2019 saat menangkap ikan secara ilegal di Laut Natuna Utara (Kompas, 16 Oktober 2019).

Selain pengadilan, penenggelaman kapal juga menjadi cara membuat jera pencuri ikan. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (2014-2019) menjadikan penenggelaman kapal asing pencuri ikan sebagai kebijakannya. Pengganti Susi, Edhy Prabowo, merevisi kebijakan pendahulunya itu. (BUR)