Tanpa bahan bakar, segala alat transportasi di muka bumi ini mustahil dapat melakukan mobilitasnya. Mobil-mobil yang dihasilkan oleh berbagai prinsipal otomotif, seperti Toyota, Honda, Daihatsu, Suzuki, Nissan, BMW, Mercedes, Rolls Roys, dan Chevrolet, tentu membutuhkan bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Yuk, kenali satu per satu segala sesuatu tentang mobil kita.
Mulai dari bahan baku konvensional yang dihasilkan dari fosil di dalam perut bumi seperti bensin dan solar hingga aneka bahan bakar masa depan yang diperkirakan akan menjadi alternatif pengganti lainnya, mobil mutlak membutuhkan bahan bakar. Hingga saat ini, bensin atau gasoline dan solar masih menjadi kebutuhan vital bahan bakar kendaraan, termasuk kendaraan yang lalu lalang di Indonesia.
Secara sederhana, apa beda mobil yang berbahan bakar bensin dan solar? Dibilang sekadar suara mesinnya yang berbeda, rasanya enggak juga. Belakangan ini, sejumlah pabrikan otomotif semakin berinovasi agar suara mesin mobil berbahan bakar solar tidak lagi seberisik mobil berbahan bakar bensin.
Tetapi, kita mungkin juga perlu mengenali, mengapa pula, setidaknya di Indonesia, harga mobil berbahan bakar solar relatif lebih mahal dibandingkan berbahan bakar bensin?
Secara prinsip, teknis mesin ataupun cara kerja antara mobil yang berbahan bakar bensin dan solar sangat berbeda. Pada mobil berbahan bakar bensin, sistem pembakaran di dalam mesinnya membutuhkan campuran antara udara dan bensin. Percampuran kedua komponen itu dikompresi oleh piston sehingga keduanya terbakar dengan bantuan percikan api dari busi.
Pada mobil berbahan bakar solar, proses kerja mesin sedikit berbeda untuk menghasilkan energi mekanik. Saat piston naik dari dalam silinder, udara yang terdapat di ruang silinder langsung turut terkompresi tanpa memerlukan percikan api dari busi. Pembakaran terjadi justru ketika solar disemprotkan melalui nozzle injector ke dalam udara panas bertekanan tinggi di dalam silinder.
Mesin diesel tidak membutuhkan busi karena solar dapat terbakar dengan sendirinya saat berada di dalam ruang silinder dengan bantuan udara panas dan bertekanan tinggi. “Jadi, jangan pernah mencari di mana posisi busi di dalam mobil berbahan bakar solar ya?” ujar Executive General Manager Vehicle Sales Planning PT Toyota Astra Motor Franciscus Soerjopranoto di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sejumlah prinsipal otomotif masih memandang mesin diesel sebagai pilihan efisiensi, hemat bahan bakar, tetapi tenaga atau torsi juga besar. “Semakin berkembang inovasi teknologi otomotif, emisi yang dihasilkan juga semakin rendah. Dulu, kan, memang enggak mungkin kombinasi ini,” kata Vice President Corporate Communications BMW Group Indonesia Jodie O’tania.
Soal berisiknya mesin mobil diesel, BMW justru menyematkan aplikasi teknologi efficient dynamics secara berkelanjutan sebagai prinsip pengembangan mesin BMW. Sebagai contoh, sistem baru yang disematkan adalah exhaust gas recirculation (EGR). Kemudian, BMW mengutamakan high precision direct injection dan memperhalus kerja putaran mesin turbonya. Berbagai teknologi mesin diesel yang dimiliki BMW di Indonesia, antara lain, BMW 320d, 520d, BMW X3 xDrive 20d, dan X5 xDrive25d.
Lha, mengapa membandingkan mobil setipe antara berbahan bakar bensin dan solar, seperti Toyota Innova dan Venturer, serta Fortuner, ternyata harga mobil berbahan bakar solar bisa lebih tinggi dibandingkan mobil yang berbahan bakar bensin?
Faktor yang memengaruhi harga sangatlah banyak, terutama besaran pajak yang ditentukan oleh pemerintah setiap tahunnya. Dasar pengenaan pajak pun ditentukan dengan berbagai cara, dari besaran silinder (CC), jenis mobil multi purpose vehichle (MPV) dan sport utilitily vehichle (SUV), serta jenis sedan atau hatchback.
Sebenarnya, yang paling gampang, penentuan besaran harganya didasari oleh market atau pasar. Arah pasar mobil bensin masih sangat besar sehingga memang semakin banyak yang produksinya. Tentunya, biaya produksi teknologi mesinnya bisa ditekan dan menjadi relatif lebih murah.
Di samping itu, ketersediaan bensin di Indonesia masih lebih banyak sehingga market juga masih mengarah ke penyediaan mobil bensin. Bensin memiliki banyak pilihan, seperti jenis Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo yang dihasilkan oleh Pertamina. Di kota besar Jakarta, ada juga Shell dan Total yang juga menyediakan bahan bakar bensin.
Ketiganya juga menyediakan bahan bakar solar. Jangan heran, produksi mobil masih mengandalkan kedua bahan bakar tersebut di Indonesia. Andaikan mulai diperkenalkan dalam beberapa tahun belakangan ini, teknologi mesin pun mulai ditunjukkan adanya mobil berbahan bakar listrik.
Suzuki New Ertiga, misalnya. Mobil jenis MPV ini mulai diandalkan PT Suzuki Indomobil Motor untuk menerobos pasar Indonesia. Setelah menghadang pasar MPV dengan Ertiga berbahan bakar bensin, Suzuki belakangan menerobos dengan mobil berbahan bakar diesel hybrid.
Dimelza Sharindradini, Head of 4W Communications Development PTS SIS, mengatakan, “Ertiga diesel berteknologi hybrid ini untuk memenuhi kebutuhan pasar.”
Boediarto, Head of Mitsubishi Motor Corporation Service Department, pun menyebutkan, pilihan pada mesin diesel dilakukan Mitsubishi, karena konsumsi bahan bakar minyak lebih sedikit untuk memikul beban lebih berat. Efisiensinya tinggi. Lagi pula, perawatan diesel tergolong mudah.
Kalaupun mulai diperkenalkan dalam beberapa tahun belakangan ini, teknologi mesin pun mulai menunjukkan adanya mobil berbahan bakar hybrid, bahkan mulai diperkenalkan mobil berbahan bakar hidrogen. Nah, apa lagi itu?
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.