Pasokan Listrik Dumai Diperkuat
JAKARTA, KOMPAS — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memperkuat pasokan listrik untuk kawasan industri di Dumai, Riau, dengan penambahan jaringan transmisi sepanjang 27 kilometer. Kawasan industri ini juga akan mendapat pasokan gas bumi mulai akhir tahun depan.
Melalui penandatanganan jual beli tenaga listrik, Rabu (15/11), di Jakarta, PLN akan memasok daya listrik sebesar 60 megawatt (MW) untuk kebutuhan PT Wilmar Nabati Indonesia. Di masa mendatang, pasokan listrik untuk kawasan industri di Dumai direncanakan untuk terus diperkuat hingga mencapai 300 MW. Penambahan pasokan itu didapat dari pembangunan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG).
"Perjanjian jual beli ini sebagai tahap pertama saja. Apabila ada tambahan permintaan, kami siap memenuhi kebutuhan pasokan listrik untuk kawasan industri di Dumai. Berapa pun besarnya," kata General Manager PLN Wilayah Riau Irwansyah M Putra seusai penandatanganan jual beli tenaga listrik dengan PT Wilmar Nabati Indonesia.
Mengenai pasokan listrik untuk kawasan industri di Dumai itu, lanjut Irwansyah, PLN akan membangun jaringan transmisi 150 kilovolt sepanjang 27 kilometer sirkuit dari gardu induk Dumai. Saat ini, proses pembangunan jaringan transmisi sedang berjalan. Pihaknya menargetkan pembangunan jaringan transmisi rampung pada pertengahan 2018.
"Perjanjian ini akan menambah pendapatan PLN sebesar Rp 12 miliar per bulan," ucap Irwansyah.
Direktur PT Wilmar Nabati Indonesia Erik Tjia mengatakan, selama ini, pihaknya menggunakan pembangkit berbahan bakar solar dan sebagian kecil batubara. Namun, keandalan pasokan sangat bergantung pada harga batubara yang fluktuatif. Selain itu, pemakaian solar untuk pembangkit listrik lebih mahal ketimbang batubara.
"Pasokan dari PLN akan menjamin keandalan listrik untuk industri. Kami bisa lebih fokus pada produksi dan tak pusing lagi soal kebutuhan listrik. Kami juga sedang menunggu pasokan gas untuk kawasan industri di Dumai," kata Erik.
Di kawasan industri Dumai, Wilmar merencanakan ekspansi bisnis di sektor pupuk, tepung, pengolahan minyak kelapa sawit, dan oleokimia. Saat ini, konsumsi daya listrik Wilmar sebesar 28 MW dan diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan pengembangan industri perusahaan. PLN menghitung pengembangan industri di Dumai membutuhkan tambahan daya sampai 200 MW.
Tertinggal
Direktur Bisnis Regional Sumatera PLN Wiluyo Kusdwiharto mengatakan, sejauh ini, sistem kelistrikan di Riau bisa dikatakan tertinggal dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Sumatera. Rasio elektrifikasi di Riau saat ini sebesar 82 persen, lebih rendah daripada Aceh dan Sumatera Utara. Rendahnya rasio elektrifikasi itu disebabkan, antara lain, infrastruktur gardu induk dan jaringan transmisi yang terbatas.
"Itu sebabnya kami terus memacu pembangunan gardu induk dan jaringan transmisi baru di Riau. Namun, ada tantangan besar untuk membangun jaringan transmisi itu, terutama dalam hal akses jalan," kata Wiluyo.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Riau Syahrial Abdi menambahkan, terkait dengan pembangunan jaringan transmisi, dirinya mengakui adanya sejumlah kendala di lapangan. Kendala itu terutama berupa berbelitnya pembebasan lahan untuk pembangunan tapak tiang transmisi. Sejumlah pemilik lahan enggan melepas lahan mereka untuk pembangunan tiang transmisi.
"Bahkan, ada pengguna lahan hak guna usaha (HGU) yang tidak merelakan sebagian lahannya untuk pembangunan tiang transmisi. Hal-hal semacam inilah yang membuat lambannya upaya menaikkan rasio elektrifikasi di Riau," ucap Syahrial.
Berdasarkan catatan PLN, beban puncak listrik di Riau mencapai 620 MW. PLN mengaku memiliki daya cukup untuk memenuhi kebutuhan beban itu, bahkan masih ada daya cadangan sebesar 200 MW. Namun, lantaran terbatasnya jaringan transmisi, belum seluruh wilayah di Riau dapat teraliri listrik dari PLN.
Terkait dengan kebutuhan gas untuk industri di Dumai, pada Senin (13/11), Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar meresmikan peletakan batu pertama proyek pembangunan jaringan pipa gas Duri-Dumai sepanjang 64 kilometer. Pembangunan jaringan pipa itu dikerjakan bersama PT Pertamina Gas, anak usaha PT Pertamina (Persero), dengan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (APO)