logo Kompas.id
Bebas AksesAnak Indonesia, Mampukah...
Iklan

Anak Indonesia, Mampukah Berkompetisi?

Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
· 5 menit baca
Iklan

Sebagai seorang ibu, saya sering merasa terharu jika ada anak Indonesia yang mendapat penghargaan internasional. Cukup banyak anak kita yang memenangi lomba matematika, sains, dan lomba kreativitas. Keadaan ini menimbulkan optimisme di masa depan anak-anak dan remaja kita akan mampu berkompetisi dengan generasi angkatan mereka di tingkat internasional. Namun, kejadian bulan lalu menyurutkan semangat saya. Pembantu saya yang sudah bekerja dua tahun pulang kampung karena anaknya sakit. Karena dia pulang agak lama, akhirnya saya berpesan agar anaknya dibawa saja ke Jakarta untuk pengobatan lebih lanjut. Anaknya, perempuan berumur 25 bulan, tampak lemah dan kurus. Saya segera menemaninya ke dokter spesialis anak terdekat. Dokter memeriksanya dengan teliti dan menyatakan anak itu kurang gizi dan sedang terkena diare. Dokter berhasil mengatasi diarenya dengan cepat. Namun, anak tersebut masih perlu berkonsultasi untuk mengatasi kurang gizinya. Dokter memberikan rekomendasi agar kami berkonsultasi dengan dokter gizi anak. Nah, setelah menemani anak pembantu ke dokter spesialis anak yang mendalami gizi inilah saya merasakan kekhawatiran terhadap masa depan anak Indonesia. Saya mulai banyak membaca tentang pertumbuhan anak serta upaya pemerintah dan WHO mengatasi gangguan pertumbuhan anak. Untuk pertama kalinya saya mengenal istilah stunting pada anak, yaitu masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi kurang dalam waktu lama. Saya terkejut ketika menghadapi fakta bahwa sepertiga anak Indonesia menghadapi masalah stunting ini. Saya adalah guru matematika di sekolah menengah umum. Pengetahuan saya tentang kesehatan terbatas, tetapi saya tak dapat melepaskan kepedulian saya terhadap masalah stunting ini. Kita katanya beruntung berada dalam keadaan bonus demografi, yaitu jumlah penduduk yang berusia produktif lebih banyak daripada jumlah penduduk yang tidak produktif (anak dan usia lanjut serta yang mengidap penyakit kronik sehingga tak bisa bekerja). Saya hanya membayangkan, jika masalah stunting ini tidak diatasi, kesempatan untuk menyejahterakan rakyat kita berkat bonus demografi ini akan sia-sia. Saya percaya pemerintah, terutama Kementerian Kesehatan, sudah bekerja keras untuk mengatasi masalah stunting, tetapi pemerintah harus dibantu. Apa yang dapat dikerjakan masyarakat agar anak stunting di Indonesia dapat ditekan serendah mungkin? Apa yang telah dilakukan negara tetangga kita dan bagaimana keadaan anak stunting di negara mereka? Apakah di sana anak stunting juga banyak seperti di negara kita? Terima kasih atas penjelasan dokter. N di J Wah, saya merasa senang sekali Anda sebagai guru matematika peduli pada salah satu masalah yang amat penting di negeri kita, yaitu stunting pada anak. Pemerintah Indonesia amat serius memperhatikan masalah stunting karena kita akan kehilangan generasi akibat stunting. Mereka sebenarnya dapat membangun negara kita dengan baik. Namun, karena keterbatasan keadaan kesehatannya, mereka tak dapat produktif dan bukan tak mungkin menjadi beban masyarakat. Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dr Endang L Achadi dalam pengukuhannya sebagai guru besar menekankan pentingnya Seribu Hari Pertama Kehidupan. Seribu hari pertama dalam kehidupan merupakan kesempatan emas untuk memperbaiki kehidupan anak-anak Indonesia di masa depan.Apakah masalah stunting di Indonesia merupakan masalah yang penting? Kita harus menghadapi kenyataan bahwa Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun memiliki tinggi badan di bawah rata-rata. Pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 tercatat kekerapan anak stunting secara nasional 37,32 persen. Ini berarti, pertumbuhan tak maksimal dialami sekitar 8,9 juta anak Indonesia. Bandingkan dengan Myanmar 35 persen, Vietnam 23 persen, serta Thailand 16 persen.Stunting terjadi sejak janin dalam kandungan dan baru mulai tampak setelah anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada anak usia dini meningkatkan kematian bayi dan anak, anak menjadi mudah sakit dan memiliki postur tubuh yang pendek, serta kemampuan kognitif kurang sehingga berpotensi menimbulkan beban ekonomi yang besar dalam jangka panjang. Jadi, di tengah gemuruhnya pembangunan fisik di negara kita, kita masih menghadapi kenyataan bahwa sepertiga anak-anak Indonesia masih menghadapi stunting. Pemerintah Indonesia ikut aktif bergabung dalam gerakan internasional mencegah stunting, yaitu gerakan Scaling Up Nutrition Movement yang beranggotakan 27 negara. Pada September 2012, pemerintah meluncurkan gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan yang bertujuan untuk mempercepat perbaikan gizi guna memperbaiki kehidupan anak Indonesia di masa datang. Pemerintah mencanangkan intervensi gizi spesifik, yaitu pertama, promosi ASI dan makanan pendamping ASI yang bergizi. Kedua, pemberian tablet zat besi-folat atau multivitamin dan mineral untuk ibu hamil dan menyusui. Ketiga, pemberian zat penambah gizi mikro untuk anak. Empat, pemberian obat cacing pada anak. Kelima, pemberian suplemen vitamin A untuk anak balita. Keenam, penanganan anak dengan gizi buruk. Ketujuh, fortifikasi makanan dengan zat gizi mikro seperti vitamin A, besi, dan yodium. Kedelapan, pencegahan dan pengobatan malaria bagi ibu hamil, bayi, dan anak-anak.Selain intervensi gizi spesifik, juga perlu dilakukan intervensi gizi tidak langsung, yaitu pertama, intervensi pola hidup bersih sehat (PHBS) seperti cuci tangan memakai sabun dan peningkatan akses air bersih. Kedua, stimulasi psikososial bagi bayi dan anak-anak. Ketiga, Keluarga Berencana. Keempat, kebun gizi di rumah atau di sekolah, diversifikasi pangan, pemeliharaan ternak dan perikanan. Kelima, bantuan langsung tunai yang digabungkan dengan intervensi lain seperti pemberian zat gizi dan pendidikan terkait dengan kesehatan dan gizi. Anda sendiri mengalami bahwa asisten rumah tangga Anda mempunyai anak stunting. Memang kebanyakan anak stunting ada di desa dan di permukiman kumuh perkotaan. Mereka sering luput dari kepedulian kita. Di negara kita mulai banyak orang kaya, tetapi orang miskin juga masih banyak. Di Indonesia banyak anak sehat dan pintar, tetapi ada sebagian anak Indonesia yang menghadapi masalah stunting. Masalah kita semua adalah bagaimana pembangunan kita dapat menyejahterakan seluruh rakyat kita, bukan hanya sekelompok orang yang beruntung. Pemerintah menyadari hal ini. Pemerintah melakukan upaya agar pendidikan dan kesehatan dapat dinikmati masyarakat seluas-luasnya. Pemerintah juga berusaha agar jumlah kelompok miskin di negeri kita dapat dihilangkan. Namun, semuanya memerlukan waktu dan dukungan seluruh masyarakat. Mereka yang beruntung memperoleh kekayaan yang mencukupi perlu membayar pajak dengan benar. Kelompok yang kaya juga perlu memperhatikan saudara-saudaranya yang masih belum beruntung. Apa yang Anda lakukan untuk anak asisten rumah tangga Anda dapat menjadi contoh. Pendahulu kita telah mengorbankan segalanya untuk kemerdekaan negeri ini. Semoga kita dapat mensyukurinya dengan mewujudkan masyarakat yang damai dan sejahtera. Mudah-mudahan anak asisten rumah tangga Anda akan dapat bertumbuh kembang dengan baik serta dapat menjadi harapan kita untuk membangun Indonesia.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000