logo Kompas.id
Bebas AksesApa Bapak Wafat?
Iklan

Apa Bapak Wafat?

Oleh
RADHAR PANCA DAHANA
· 6 menit baca
Ilustrasi Cerpen
karya RE Hartanto

Ilustrasi Cerpen

Bapak adalah seorang tradisionalis sejati, pengikut ajaran Taman Siswa yang belajar langsung dari Ki Hajar Dewantara. Secara politis, ia mengikuti orientasi ayahnya yang nasionalis tulen ala Tan Malaka, teman seperjuangan sang kakek walau berasal dari komunitas yang berbeda. Jadi dapat dibayangkan, bagaimana sepanjang hidup Bapak bangun jam empat sebelum Subuh, bebenah rumah—terutama kamar mandi plesteran yang selalu rapi dan bersih—tiba di kantor, instansi negara, pukul tujuh, kembali pukul 5 sore, berkebun, mengawasi anak belajar hingga sembilan petang, membereskan rumah pukul 10 malam, mendengarkan wayang di radio dua band pukul 11 dan tertidur antara pukul satu dini hari.

Tidak merokok, tidak ngopi, juga tak suka kongkow dengan tetangga, makan pepaya dua kali sehari untuk tidak memperparah ambeiennya yang sudah seperempat abad: Bapak bisa dibilang sangat konservatif, kolot boleh anak muda bilang begitu. Tapi penyakit berat, karena usia tentu saja, lebih utama lagi karena—kata orangtua—kepaten obong, setelah istrinya meninggal tujuh tahun lalu, tentu saja membutuhkan perawatan agak lebih. Kami berdua, kakak beradik, mengambil pilihan untuk menjalankan tugas itu. Lebih dari kewajiban kakak sebagai istri dari seorang pegawai negeri juga, dengan satu anak. Atau aku, karyawan perusahaan media yang sangat dituntut kinerja dan loyalitasnya.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000