Pekan lalu, saya diundang oleh sebuah televisi untuk memberikan simulasi perhitungan pengelolaan keuangan untuk keluarga di Jakarta. Maklum, pekan tersebut program DP Rp 0 sedang digaungkan sehingga membuat banyak orang penasaran mengenai kemampuannya untuk ikut membeli rumah tinggal dengan skema tersebut. Pembelian rumah tinggal adalah salah satu keputusan terbesar dalam kehidupan seseorang. Selain secara nominal cukup besar, pembelian pun ditujukan untuk penggunaan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Oleh sebab itu, sebelum melakukan pembelian rumah tinggal, ada beberapa poin penting yang sebaiknya dipertimbangkan.
Pertama, ketersediaan uang muka. Pembelian rumah tinggal melalui kredit perbankan pada umumnya membutuhkan uang muka setidaknya 30 persen dari harga jual dan biaya-biaya lain. Sebagai contoh, untuk pembelian rumah tinggal senilai Rp 350 juta akan dibutuhkan uang muka ideal sebesar Rp 105 juta. Uang muka sebaiknya tidak dicicil, tetapi sudah dipersiapkan sebelumnya.
Jika ada opsi untuk membeli rumah tinggal tanpa mengeluarkan uang muka, sisi positifnya adalah seseorang dapat lebih cepat memiliki rumah tinggal. Uang muka tidak perlu dikumpulkan terlebih dahulu yang mungkin berdampak pada berkurangnya ketersediaan properti. Namun, pahami juga bahwa semakin kecil uang muka yang dibayarkan di awal, akan semakin besar komponen beban biaya bunga yang akan dikenakan. Hal ini karena seluruh jumlah pembelian rumah tinggal akan didanai dengan pinjaman.
Suku bunga
Kedua, besaran cicilan pinjaman. Cicilan pinjaman per bulan terkait erat dengan asumsi tingkat suku bunga yang digunakan dan metode perhitungan suku bunga. Tingkat suku bunga paling baik adalah yang berjenis fixed alias tetap sepanjang durasi pinjaman. Dengan demikian, calon pembeli rumah tinggal dapat menghitung dengan penuh kepastian berapa jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membeli rumah tinggal. Selain itu, metode perhitungan bunga juga akan sangat berpengaruh terhadap jumlah biaya bunga yang dibayarkan. Metode berjenis monthly-rest jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan berjenis flat karena suku bunga akan dihitung dari sisa pokok pinjaman yang masih terutang.
Sebagai contoh, jika pembelian rumah tinggal seharga Rp 350 juta didanai sepenuhnya dengan pinjaman dengan asumsi suku bunga 5,5 persen per tahun selama 20 tahun, cicilan per bulan menjadi sekitar Rp 2,4 juta. Maka, untuk membeli rumah tinggal seharga Rp 350 juta, calon pembeli akan mengeluarkan total dana kepemilikan sebesar Rp 577 juta.
Ketiga, kemampuan membayar cicilan pinjaman. Setiap bulan, penghasilan dapat dialokasikan hingga 30 persen untuk membayar pinjaman kredit pemilikan rumah. Pahami juga bahwa alokasi tersebut mengasumsikan tidak ada cicilan pinjaman yang lain. Jika menggunakan contoh pembelian rumah sebelumnya, syarat agar skema pinjaman dapat diluluskan adalah memiliki penghasilan bulanan sebesar minimal Rp 8 juta. Setelahnya, calon pembeli juga harus melakukan pengelolaan anggaran rumah tangga agar 70 persen dari sisa penghasilan masih dapat dialokasikan untuk biaya hidup, dana darurat rumah tangga, investasi, dan memenuhi keinginan yang ada.
Keempat, kemampuan membayar biaya-biaya pemilikan rumah. Pahami juga bahwa memiliki rumah sendiri juga harus siap dengan kemampuan membayar berbagai biaya. Pos biaya pemilikan rumah termasuk biaya bulanan, biaya pajak, dan biaya renovasi berkala. Umumnya, biaya bulanan akan menggunakan porsi hingga 5 persen dari penghasilan bulanan. Adapun biaya pajak dan renovasi berkala dapat dibayarkan dari penghasilan tidak rutin, seperti bonus tahunan.
Saat membeli rumah tinggal, faktor yang juga sebaiknya menjadi perhatian adalah lokasi yang sebaiknya berdekatan dengan fasilitas umum, seperti rumah sakit, supermarket, stasiun transportasi, dan sekolah untuk anak kelak. Biaya transportasi di kota-kota besar dapat membengkak dalam jangka panjang apabila lokasi rumah terlalu jauh dari pusat aktivitas. Selain itu, memiliki rumah tinggal dalam bentuk rumah susun ataupun apartemen juga dapat menghemat beberapa biaya tambahan, seperti biaya berkebun, biaya asisten rumah tangga, dan biaya keamanan.
Setelah mempertimbangkan faktor-faktor tersebut ternyata kemampuan keuangan keluarga belum memenuhi syarat, alternatifnya tentu saja menyewa rumah tinggal. Strategi dalam memilih rumah tinggal untuk sewa sebaiknya juga menggunakan beberapa pertimbangan.
Lokasi rumah sewa diatur agar berdekatan dengan lokasi kerja. Tujuannya untuk menghemat biaya transportasi. Biaya untuk sewa rumah dapat diambil dari penghasilan bulanan. Usahakan agar biaya sewa rumah bulanan hanya maksimal sebesar 20 persen dari penghasilan bulanan. Selama durasi menyewa rumah tinggal, usahakan untuk tetap menabung agar kelak dapat membeli rumah tinggal di kemudian hari. Targetkan untuk membeli rumah tinggal selambatnya 10 tahun sejak pertama kali mulai bekerja. Tujuannya agar Anda dan keluarga memiliki aset tetap yang akan bermanfaat untuk kehidupan sejahtera di masa depan. Live a beautiful life!