Bayangkan jika tiba-tiba di layar bioskop muncul tangan yang menutupi suatu adegan yang tengah dinikmati penonton. Itulah jurus sensor yang pernah terjadi dalam dunia hiburan di Indonesia, seperti yang dialami penonton bioskop di Yogyakarta pada awal 1970-an. Ketika itu, film yang diberi label sebagai film sex education, atau film Pendidikan seks, sedang marak dan dibanjiri penonton.
Dari judulnya saja, film-film tersebut seperti sudah ”menjanjikan”. Tersebutlah, antara lain, Sexy Susan, Sexy Sins of Sexy Susan, Sexy Susan Sins Again, Nude as Strap, Erotic Touch of The Skin, dan First Taste of Love. Juga film seperti Helga, Man and Sex, dan This Thing Called Sex. Semuanya mengatasnamakan film pendidikan seks.
Sexy Susan yang dibuat beberapa sekuel termasuk yang laku keras. Film produksi kerja sama Italia-Australia dengan sutradara Franz Antel itu menampilkan bintang Teri Tordai sebagai Si Susan yang seksi dan Edwidge Fenech. Aktris Italia Edwidge Fenech termasuk yang nge-top di Indonesia pada era 1970-an. Fenech, yang kini berumur 69 tahun, pada awal 1970-an terkenal antara lain lewat film Ubalda, All Naked and Warm, dan The School Teacher, atau dalam versi lain berjudul Private Teacher.
Sejumlah adegan film semacam itu terkena sensor. Jika dianggap terlalu ”berat” adegannya, film ditarik dari peredaran sementara, termasuk film-film tersebut di atas. Martono selaku Ketua Badan Sensor Film saat itu memberi alasan penarikan karena film-film tersebut dianggap ”menggelisahkan masyarakat”. Karena dianggap ”menggelisahkan”, Direktorat Film Departemen Penerangan bahkan menghentikan permohonan film impor yang mengatasnamakan film pendidikan seks.
Pada masa yang bersamaan, film Indonesia juga tidak kalah serunya. Antara lain yang menghebohkan adalah Bernapas dalam Lumpur (1970). Film arahan sutradara Turino Djunaidy ini menampilkan bintang terkenal pada zamannya, yaitu Suzanna. Kemudian yang lebih ”panas” adalah Bumi Makin Panas (1973) yang juga dibintangi Suzanna. (XAR)