JAKARTA, KOMPAS — Maroko ingin memperkuat kerja sama dengan ASEAN. Untuk itu, Maroko ingin meningkatkan status kerja sama menjadi mitra sektoral ASEAN.
”Misi hari ini sangat penting dan ASEAN memberikan kesempatan kepada kami untuk bertemu dan mempresentasikan rencana aksi Maroko,” kata Sekretaris Negara untuk Kementerian Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Kerajaan Maroko Mounia Boucetta, Selasa (13/2), di Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta.
”Pertemuan hari ini sangat penting bagi kami untuk menunjukkan apa yang bisa kita lakukan bersama,” kata Boucetta seusai diterima Perwakilan Tetap Singapura untuk ASEAN yang sekaligus Ketua ASEAN 2018, Tan Hung Seng.
Memperluas kerja sama
Saat menemui wartawan, Tan Hung Seng mengatakan, Maroko tertarik memperdalam serta memperluas kerja sama dan kolaborasi dengan ASEAN.
”Maroko adalah negara yang unik di persimpangan antara Eropa, Afrika, dan Arab. Kita dapat melihat ada banyak kesempatan dan potensi ASEAN- Maroko untuk melakukan hal yang lebih besar, kerja sama, promosi, dan konektivitas di banyak area yang berbeda,” kata Tan Hung Seng.
Boucetta mengatakan, dalam pertemuan dengan Tan Hung Seng, pihaknya ingin menunjukkan dan mengidentifikasi sektor-sektor di mana Maroko dan ASEAN bisa bekerja sama.
”Kita membagikan pengalaman dan harapan kita. Maroko juga memiliki hubungan yang baik dengan 10 negara anggota ASEAN. Dengan komunitas ASEAN, ada kemungkinan Maroko bisa membangun jembatan ASEAN ke Afrika karena Maroko sebagai hub Afrika dan memiliki kepemimpinan dalam Uni Afrika, mempromosikan diversifikasi kerja sama, berkontribusi dalam banyak forum global terutama di bidang perdamaian dan keamanan, serta terorisme,” kata Boucetta.
Hubungan bilateral
Sebelum bertemu Tan Hung Seng, Boucetta menggelar pertemuan bilateral dengan Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia AM Fachir. Pemerintah Indonesia menyampaikan terima kasih atas dukungan Maroko pada pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020.
Dalam kerja sama bilateral, Fachir mengharapkan hubungan politik Indonesia dan Maroko yang sudah berjalan baik dapat menjadi pendorong bagi peningkatan kerja sama di bidang perdagangan, investasi, pariwisata, dan kerja sama teknik.
Di bidang perdagangan, Pemerintah RI menyampaikan rancangan awal pembentukan preferential trade agreement (PTA) atau pakta untuk mengurangi tarif. Kedua negara sepakat memulai negosiasi PTA dalam waktu dekat. Di bidang investasi, Fachir menyampaikan perlunya kedua negara meningkatkan kerja sama di bidang pupuk dan fosfat, baik dalam bentuk patungan maupun perdagangan langsung.