Membagi Ilmu Otomotif secara Asyik
Selain wisata alam, museum saat ini jadi salah satu tujuan destinasi liburan menarik. Seperti saat berlibur ke Kota Batu, Jawa Timur, Museum Angkut menjadi sarana yang tepat untuk berekreasi, sekaligus berbagi ilmu bersama keluarga.
Sejak 20 Desember 2017, sejarah pembuatan mobil hingga cara aman berkendara melalui pengenalan aturan berlalu lintas mengisi salah satu pojok begitu memasuki Museum Angkut. Berada di antara kereta-kereta kuda, barisan mobil tua dan pesawat tempur yang diletakkan di ruang pertama museum, sudut sejarah pengenalan industri otomotif di Tanah Air tersebut ditampilkan.
Kehadiran area ini merupakan pengembangan dari pemanfaatan dana tanggung jawab sosial korporasi (CSR) PT Toyota Astra Motor (TAM) yang dikhususkan untuk mengedukasi masyarakat tentang industri otomotif.
Wakil Presiden Direktur TAM Henry Tanoto saat meresmikan area pamer edukasi tersebut di Museum Angkut, Batu, Rabu (20/12/2017), mengatakan, ”Toyota tak hanya memiliki komitmen penuh pada pengembangan bisnis yang baik dan sehat, tetapi juga turut berkontribusi aktif di bidang sosial yang sejalan dengan semangat ’Toyota Berbagi’ Bersama Membangun Indonesia.”
Berbagai tonggak sejarah otomotif yang ditorehkan Toyota di Tanah Air dihadirkan di sudut tersebut. Di bagian paling depan dipajang ”belahan” bagian haluan dan buritan mobil keluarga Toyota Kijang Innova ”Reborn”. Melalui potongan bodi itu, pengunjung bisa melongok jeroan mobil keluarga legendaris tersebut, mulai dari apa yang ada di dalam blok mesin, di balik dasbor, hingga di balik kursinya.
Di sisi lain sudut pamer itu, ”kakek” Innova Reborn ini, yakni Toyota Kijang ”Doyok” pikap berwarna oranye menyala, digantungkan di dinding dalam posisi miring sehingga langsung menarik perhatian dari kejauhan. Di bawahnya, dipajang roda kemudi Kijang dari masa ke masa, dari era Kijang Doyok, Kijang Super, Kijang Kapsul, hingga Kijang Innova terbaru.
Selain itu juga dipasang sejumlah layar sentuh multimedia yang mengisahkan perjalanan industri otomotif Tanah Air. Ronny Kusgianto, Corporate Planning and Legal Division Head TAM, mengatakan, selain mengajak pengunjung mengenal sejarah dan proses pembuatan mobil secara multimedia, pengunjung juga diajak menjawab kuis interaktif tentang lalu lintas di salah satu layar sentuh.
Syarat ketat
Museum Angkut menerapkan syarat yang ketat untuk menyeleksi perusahaan otomotif yang akan mengisi ruang tersebut. Pengisi sudut edukasi itu tak boleh sekadar menampilkan teknologi dan produk mobil terbaru, tetapi juga sejarah mobil.
”Cikal bakal mobil sangat menarik karena museum ini setidaknya ingin menunjukkan adanya konsep edukasi, glamour, dan culture. Catatan pentingnya, tolong kuatkan sisi edukasinya. Ternyata, baru Toyota yang sanggup memenuhinya,” kata Endang A Sobirin, Manajer Operasional Museum Angkut, di ruang kerjanya, Jumat (15/12/2017).
Endang meyakini, proses edukasi terhadap pengunjung akan bisa diperoleh mengingat dari data Museum Angkut, jumlah pengunjung saat ini rata-rata 1.000 orang per hari. Bahkan, pada akhir pekan atau musim liburan, jumlah itu bisa membengkak menjadi 3.000-5.000 orang per hari. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen pengunjungnya adalah anak-anak dan remaja.
Hampir setahun, ujar Endang, proses penjajakan dilakukan untuk mematangkan rencana menghadirkan sudut edukasi otomotif ini. Sempat putus asa karena di satu sisi sempat tak ada kabar lanjutan dari pihak Toyota. Sampai akhirnya pengelola Museum Angkut memberanikan diri mendatangi kembali Toyota. Dari sekadar pendekatan marketing, akhirnya ditempuhlah pendekatan CSR untuk mewujudkannya.
Tepat sasaran
Tidak hanya Museum Angkut. Selama ini, TAM sesungguhnya juga sudah memiliki juga pendanaan CSR melalui Program ”Car for Tree”.
”CSR edukasi teknologi dan industri otomotif sesungguhnya melengkapi Program Car for Tree. Untuk di Museum Angkut, Toyota Kijang dijadikan obyek teknologi untuk menandai 40 tahun kehadiran di Indonesia. Kijang begitu dekat dengan masyarakat Indonesia,” tutur Henry.
Secara garis besar, Program Car for Tree yang dimulai 2010 sebenarnya ingin mengajak keterlibatan konsumen Toyota dalam konservasi lingkungan. Ini diperoleh dari sebagian keuntungan atas pembelian mobil.
Konservasi yang dimaksud meliputi kawasan udara, laut, dan darat, termasuk ketersediaan air tanah. Tidak hanya berkutat pada tanam pohon. Sebisa mungkin eco-education diterapkan agar perilaku manusia berubah terhadap ekosistem. Percuma saja menanam apabila perilaku membuang sampah tetap dibiarkan.
Setahun setelah program ini dijalankan, fokus pertama adalah menanam pohon atau penghijauan taman. Terwujudlah Ecopark yang terletak di kawasan Ancol, Jakarta (2011), kemudian penghijauan taman di Jembatan Semanggi, Jakarta (2014).
Dalam upaya membidik CSR yang tepat sasaran, TAM juga pernah melibatkan majalah National Geographic untuk memetakan masalah penghijauan. Kemudian, pemerintah daerah pun diajak urun rembuk. Pemerintah Jawa Barat, misalnya, mengeluhkan mobil yang makin banyak berseliweran tanpa infrastruktur jalan memadai. Budaya berlalu lintas itu diwujudkan dalam rupa Taman Lalu Lintas di Kota Bandung pada tahun 2017.
Di Sulawesi Selatan, TAM membidik konservasi lingkungan terhadap terumbu karang di Pulau Samalona pada Mei 2017. Fokusnya adalah penanaman koral. Namun, pendekatan yang dilakukan adalah membangun kapal pinisi yang diletakkan di Pantai Losari, Makassar. Setiap hari, kapal ini akan membawa anak-anak tingkat SD-SMA mengitari Pulau Samalona pada Senin-Kamis.
Di atas kapal, mereka diberikan pengetahuan tentang budaya memelihara laut dan pentingnya menjaga terumbu karang. Lalu, mereka diajak menanam bibit-bibit terumbu karang.
Sementara kampung organik di Desa Mlaten, Demak, Jawa Tengah, menjadi salah satu sasaran TAM pada tahun yang sama. (OSA/DHF)