Sapa Boleh, Bicara Jangan
Jika Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menjadikan tim pemandu sorak sebagai senjata atau alat propaganda, ia berhasil. Bukan hanya hati rakyat Korea Selatan yang luluh, melainkan juga dunia.
Harus diakui, Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang, Korea Selatan, kali ini menjadi lebih menarik dengan kehadiran tim pemandu sorak Korea Utara. ”Tentara kecantikan” beranggotakan 200 mahasiswa itu seakan menjadi senjata pamungkas serangan pesona Korut. ”Semangat! Semangat!” teriak mereka sambil tepuk tangan dan melambaikan tangan secara serentak serta menyanyikan lagu tradisional.
Anak-anak muda berseragam baju hangat warna merah menyala itu dipilih dari sejumlah kampus elite setelah latar belakang mereka diselidiki terlebih dahulu. Selain harus loyal kepada rezim, syarat utama lain adalah mereka harus berparas cantik. Tim pemandu sorak Korut ini mendapat pengawalan ketat dari aparat keamanan Korut. Gerak-gerik mereka juga selalu diikuti segerombolan wartawan Korsel yang rela menunggu di luar hotel hanya demi mendapat foto mereka sedang joging atau menyetrika baju.
Mereka selalu bepergian ke mana-mana bersama-sama dalam satu rombongan. Tak pernah terlihat mereka mengobrol dengan masyarakat Korsel. Bahkan, ketika mereka disambut publik Korsel di pinggir pantai, mereka hanya tersenyum dan memberikan lambaian tangan.
”Mereka tidak bicara sama sekali. Pasti diperintahkan begitu. Mengecewakan, karena pasti banyak yang ingin berinteraksi dengan mereka,” ujar Yoo Hong-sik (31).
Sebagian warga berharap mereka sering-sering datang ke Korsel supaya di masa mendatang bisa betul-betul bersatu kembali. Namun, sebagian juga merasa takut karena kekakuan sikap semua anggota pemandu sorak itu. Anak muda Korsel juga merasa lebih khawatir dengan akibat sosial dan ekonominya jika kedua Korea bersatu.
”Kita dan mereka memang terlihat mirip, tetapi saya malah kasihan dengan mereka karena mereka tidak punya kebebasan. Mereka lebih seperti robot,” ujar Kim Jung-ah (22).
Besar pengeluaran
Mengajak Korut berpartisipasi di Olimpiade ternyata mahal. Pemerintah Korsel menyetujui anggaran 2,6 juta dollar AS
(Rp 35,5 miliar) untuk membiayai pengeluaran kunjungan delegasi Korut. Anggaran itu untuk membayar biaya transportasi, hotel, makanan, dan biaya lain yang dikeluarkan 229 pemandu sorak selama di Korsel.
Dana tersebut juga untuk menutup pengeluaran tim demonstrasi taekwondo dan 140 artis serta seniman pengisi acara pembukaan Olimpiade.
Kementerian Unifikasi Korsel menyebutkan anggaran bagi 22 atlet Korut yang bertanding di Olimpiade akan diberikan secara terpisah oleh Komite Olimpiade Internasional. Menteri Unifikasi Cho Myoung-gyon mengatakan, kehadiran Korut di Pyeongchang menjadi momentum yang penting untuk meningkatkan hubungan bilateral dan menjaga perdamaian Semenanjung Korea.
”Kami masih ingat dengan peraturan dari Komite Olimpiade, norma internasional, dan sanksi terhadap Korut,” ucap Cho seperti dikutip kantor berita Yonhap. (REUTERS/AFP/LUK)