Surat Kepada Redaksi
Rindu ”Blusukan”
Bapak Jokowi, sungguh saya bangga dipimpin presiden dengan kerja nyata. Akan tetapi, saat ini rasanya masih belum komplet karena ada yang hilang. Saya rindu gaya kepemimpinan blusukan Bapak.
Saya ingat, ketika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Pak Jokowi tanpa ragu-ragu turun ke lapangan melihat kondisi sebenarnya dan berinteraksi dengan rakyat. Yang paling berkesan buat saya, saat Jakarta dilanda banjir, Bapak tanpa merasa jijik turun dan masuk ke gorong-gorong melihat kondisi saluran air. Saya mencatat, saat itu Bapak mengatakan alasan melakukan itu semua karena khawatir hanya mendapat laporan yang baik-baik saja, padahal fakta di lapangan bisa berbeda.
Saat ini, setelah Bapak menjadi presiden, saya sungguh rindu melihat gaya kepemimpinan blusukan Bapak. Blusukan yang tidak melihat rintangan, berat dan kotornya medan. Tragedi Asmat yang telah merenggut puluhan nyawa anak-anak adalah bukti bahwa gaya kepemimpinan blusukan Bapak masih sangat dibutuhkan bagi negeri ini, khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah pelosok Nusantara.
Saya tahu, sebagai presiden, Bapak Jokowi diatur dengan protokol kepresidenan yang ketat, terutama tentu untuk melindungi keselamatan Bapak. Namun, saya yakin, Bapak bisa menemukan cara meneruskan kepemimpinan blusukan yang sudah jadi ciri khas.
Kalau ada yang protes dengan kondisi negeri, anggaplah itu salah satu bentuk penyampaian aspirasi yang patut dijadikan renungan. Kelak jika Tuhan mengizinkan Bapak terpilih kembali memimpin bangsa ini, saya berharap Bapak kembali memimpin Indonesia dengan gaya kepemimpinan blusukan seperti sediakala sehingga kejadian seperti di Asmat tidak terulang.
Nico Hansen, Jalan Kaparinyo, Kelapa Gading Timur, Jakarta Utara
Puskesmas buat Bancakan
Kejahatan birokrasi mana lagi yang lebih keji dari menjadikan puskesmas ladang bancakan? Sungguh, saya prihatin membaca operasi tangkap tangan KPK terhadap Bupati Jombang. Ia diduga menerima pungli dari 34 puskesmas dengan kompensasi jual-beli jabatan dan menjadikan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang sebagai kepala dinas definitif.
Mereka yang menikmati bancakan puskesmas ini seakan-akan tidak mau tahu asal-usul dana kapitasi kesehatan dari BPJS untuk puskesmas yang mereka tilep.
Padahal, seorang buruh kasar, seorang petani kecil yang ingin keluarganya mendapat pelayanan kesehatan yang lebih baik, mengikuti BPJS Kesehatan dengan tetesan keringat dan air mata. Kalau terlambat membayar iuran karena tak ada uang, mereka kena denda lumayan.
Begitu juga pegawai negeri sipil dan pensiunan, yang gajinya dipotong lebih dulu untuk jaminan kesehatan. Dari merekalah dana BPJS, antara lain, dihimpun.
Sungguh terlalu, dana BPJS untuk puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Apalagi Bupati Jombang yang juga Ketua DPD Partai Golkar Jawa Timur itu mencalonkan diri kembali.
Saya berharap KPK lebih gencar mengejar proyek yang lebih besar, semoga makin banyak pejabat yang tertangkap. Sejauh yang kita ketahui, selama ini jika sudah jadi tersangka oleh KPK, tak satu pun bisa luput dari hukuman.
Sayangnya, di sisi lain, partai sering mengabaikan soal karakter dan integritas ini. Partai, bahkan dalam koalisi, masih mendukung para elite yang tak bersih. Bahkan, dengan kepercayaan diri tinggi, mereka berdalih kata sakti ”praduga tak bersalah”, tetap mencalonkan sang bupati yang sudah berstatus tersangka.
Namun, saya yakin pemilih kita makin cerdas. Semoga mereka tidak lagi memilih calon dan partai yang tidak bersih.
Nasrul Idris,Kelurahan Jaticempaka, Pondok Gede, Bekasi