Intan Ayu Purnama yang kini menggunakan nama panggung Tanayu (33) sejak kecil terbiasa mendengar irama gamelan dari gending-gending Jawa yang diputar sang ayah saat sedang melukis. Meski bukan suara gamelan asli, cukup membuat Tanayu akrab dengan suara gamelan. ”Sambil melukis, ayah biasanya cerita tentang gamelan,” ujar Tanayu, Kamis (22/2), di Jakarta.
Selain gamelan Jawa, Tanayu juga akrab dengan gamelan Bali. Ini tak lain karena dia kerap berkunjung ke Bali. ”Gamelan punya karakter yang menurut saya tidak dimiliki alat musik lain. Gamelan itu kayak orkestra, orkestra tradisional,” ujar Tanayu, pemilik mini album #REBORN ini.
Tanayu yang kini makin mantap menjadi penyanyi dan mengusung genre pop elektronik ini malah sudah berpikir untuk membuat musik perpaduan dari musik tradisional dan musik modern. Salah satu alat musik tradisional yang menarik perhatiannya adalah saluang, alat musik tiup tradisional asal Sumatera Barat. ”Saluang kalau ’dikawinkan’ dengan musik elektronik sepertinya bakal magis banget,” kata Tanayu.
Saat ini, ia sedang disibukkan dengan jadwal promosi singel terbarunya, ”Cahaya Tiada Tara”, yang ia tulis. Lagu tersebut merupakan ekspresi tentang cinta sesungguhnya. Di luar itu, Tanayu juga tengah mempersiapkan proyek kolaborasinya dengan dua musisi perempuan Indonesia.
”Dalam waktu dekat, aku juga mau merilis album #REBORN versi remix. Excited banget. Banyak project, tetapi karena ini passion-ku, semua kegelisahan seperti ketuang semua,” katanya dengan nada gembira. (DOE)