MAJALENGKA, KOMPAS — Pemerintah menargetkan Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Kabupaten Majalengka, melayani penerbangan haji pada Juli atau empat bulan ke depan. Namun, masih ada sejumlah kendala, seperti ketersediaan asrama haji, penginapan, dan panjang landas pacu bandara.
Bupati Majalengka Sutrisno, di Majalengka, Sabtu (17/3), mengatakan, hingga kini, belum ada asrama haji yang memadai di wilayah sekitar Bandara Internasional Jabar (BIJB). Padahal, asrama haji merupakan kebutuhan utama bagi jemaah haji.
Selama ini, jemaah haji asal Jabar diberangkatkan dari asrama haji Bekasi menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Namun, pemberangkatan haji dan umrah tetap dapat dilakukan melalui BIJB sesuai instruksi Presiden Joko Widodo. ”Jemaah haji bisa menggunakan asrama haji di Bekasi. Perjalanan ke BIJB sekitar 2 jam, sementara ke Bandara Soekarno-Hatta butuh 3 jam. Oleh karena itu, BIJB dapat menjadi pilihan untuk pemberangkatan haji,” ujarnya.
Opsi lain, jemaah haji menginap di hotel. Di Majalengka, kini ada satu hotel berbintang tiga. Namun, ada 70 hotel berbintang di Kota Cirebon yang berjarak sekitar 1 jam dari BIJB.
”Kami sudah rapat dengan Pemprov Jabar, Bea dan Cukai, serta Imigrasi. Apa pun terjadi, paling tidak masyarakat di Wilayah III Cirebon berangkat haji dan umrah tahun ini melalui BIJB. Sekitar 1.000 anggota jemaah haji asal Majalengka siap berangkat melalui BIJB,” tutur Sutrisno. Selain itu, Kota dan Kabupaten Cirebon, Kuningan, Indramayu, Tegal, dan Brebes bisa memanfaatkan BIJB.
Para penyelenggara umrah juga mengharapkan kepastian soal maskapai penerbangan dan jadwal penerbangan langsung menuju Arab Saudi, seperti rute Kertajati-Jeddah, dan Kertajati-Madinah. Itu terungkap dalam ”Silaturahmi Antarpenyelenggara Umrah Menyongsong Beroperasinya Bandara Internasional Jawa Barat sebagai Bandara Haji dan Umrah di Jabar”, yang digelar oleh Koperasi Spirit Muslim Indonesia di Gedung Pavilion Agung Podomoro Land, Kota Bandung, Jumat.
”Kami sangat mengapresiasi jika jemaah umrah bisa berangkat dari BIJB karena ini akan memudahkan bagi jemaah dari Jabar dibandingkan berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta. Dari segi waktu perjalanan akan lebih efisien jika berangkat dari BIJB. Biayanya pun bisa lebih hemat,” kata Komisaris Utama Ghinasepti International Travel, Bisma Banyu Setia.
Kendala lain ialah landas pacu BIJB yang baru 2.500 meter dan lebar 60 meter. Padahal, dibutuhkan panjang landasan minimal 3.000 meter agar dapat didarati pesawat berbadan lebar, seperti Boeing 777, yang melayani penumpang haji dan umrah. ”Kami telah berkoordinasi dengan PT Angkasa Pura II untuk memperpanjang landas pacu hingga 3.000 meter. Lahan sudah ada,” ujar Dirut PT BIJB Virda Dimas Ekaputra. Dijelaskan, pembangunan BIJB tahap pertama sudah 92 persen dan ditargetkan tuntas 100 persen akhir Maret. ”Sejauh ini, tiga maskapai yang akan beroperasi di BIJB, yakni Sriwijaya Air, Citilink, dan Lion Air. Garuda dan AirAsia akan menyusul,” ujar Virda. (SEM/IKI)