Werry Sutanto Mengangkat Harkat Kopi Manggarai
Meski menghasilkan kopi bercita rasa tinggi, kopi yang dihasilkan petani Manggarai, Nusa Tenggara Timur, selama ini minim nilai tambah. Bersama keluarganya, Werry Sutanto mengangkat derajat kopi Manggarai lewat produk kemasan dan kafe. Geliat wisata Pulau Flores jadi momentum mengangkat pamornya.
Sejak puluhan tahun lalu, Werry dan keluarganya telah mengolah kopi yang dihasilkan petani di Colol, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, dengan bernaung di bawah UD La Bajo. Perusahaan tersebut berkantor di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, NTT.
”Dengan mengolah kopi, visi kami sederhana saja, kalau orang ingat Flores, khususnya Manggarai, maka referensinya kopi. Baik kopi sebagai buah tangan maupun tempat nongkrong mengingat Labuan Bajo atau Flores secara luas telah jadi destinasi wisata dunia. Kopi harus disajikan dengan menarik,” kata Werry, yang juga Manajer Operasional UD La Bajo di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, dalam sebuah kesempatan.
Kecintaan Werry terhadap kopi berawal sejak dia belia. Saat musim panen kopi pada 1990-an, remaja Werry sering menjelajah kebun kopi di Kabupaten Manggarai Timur, terutama dua daerah sentra kopi: Colol dan Benteng Jawa.
Ia rela berkalan kaki di kebun petani untuk menemani orangtuanya mencari hasil kopi. Perjalanan itu bisa memakan waktu hingga dua hari. Interaksi seperti itu membuat dirinya tak bisa jauh dari kopi.
Namun, Werry bersama saudaranya dua langkah lebih maju dari kakek dan orangtuanya dalam mengurus kopi. Dua generasi sebelumnya menjual kopi dalam bentuk green bean dan sangrai. Pada generasinya, dia memproduksi kopi bubuk. Tak hanya itu, kafe kopi pun didirikan untuk menyajikan cita rasa kopi Manggarai.
UD La Bajo menghasilkan kopi bubuk dan kopi biji sangrai dalam kemasan berbagai ukuran dari dari 200 gram hingga 1 kilogram. Kopi yang diolah lebih banyak jenis robusta dan arabika, dua jenis kopi yang tersebar di pegunungan Manggarai Raya (Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur), meski ada juga kopi langka juria dan yellow cattura.
Harga kopi bervariasi tergantung jenis dan bentuk olahannya. Kopi bubuk campuran arabika dan rosbusta, misalnya, dijual Rp 30.000 dalam kemasan 250 gram. Kopi arabika sangrai dihargai Rp 40.000 per 200 gram.
Kopi di Manggarai selama ini dikenal bercita rasa khas, yaitu paduan rasa manis, cokelat, bunga (floral), serta lemon. Aroma kopi yang dibudidayakan di ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut itu tajam.
Kopi yang dihasilkan UD La Bajo dikemas dalam bungkusan yang menarik. Kopi dibalut dalam dua lapisan. Lapisan pertama sebagai wadah penyimpanan kopi terbuat dari plastik tebal. Lapisan luar terbuat dari kertas tebal berwarna dominan cokelat.
Promosi daerah
Tak ketinggalan, dia menggunakan kemasan itu sebagai media promosi Flores. Kemasan luar ini disertai dengan narasi wisata Manggarai, antara lain tentang kadal purba komodo (Varanus komodoensis) di Labuan Bajo dan tarian caci, tarian khas Manggarai. Pada kemasan luar terdapat juga tulisan ”Dari Flores untuk Indonesia”.
”Kemasan biasanya bentuk promosi paling tepat untuk memengaruhi pembeli. Itu salah satu strategi kami,” ujar tamatan Universitas Surabaya, Jawa Timur, itu.
UD La Bajo memproduksi kopi bubuk sejak 2010. Momentum datang pada 2013 saat acara wisata nasional ”Sail Komodo” digelar di Labuan Bajo. Sejak itu, kopi produksi UD La Bajo dikenal wisatawan. Saat ini, La Bajo mengolah 1 ton kopi biji untuk dijadikan kopi bubuk dan kopi sangrai kemasan setiap bulan. Omzet usaha tersebut ditaksir mencapai Rp 200 juta per bulan.
Kopi kemasan dijual di toko oleh-oleh di Ruteng dan Labuan Bajo, toko modern, dan hotel. Belakangan banyak peminat kopi dari Jawa memesan langsung ke UD La Bajo.
Tak puas hanya menyediakan kopi untuk ditenteng wisatawan, UD La Bajo merambah usaha kafe. Pada April 2017, Kafe La Bajo Flores Coffee hadir di Bandara Komodo Labuan Bajo. Dua bulan kemudian, kafe dengan nama sama menyapa wisatawan di jalur utama pelancongan di Jalan Soekarno-Hatta Labuan Bajo. Pada Oktober tahun sama, Kafe La Bajo Flores Coffee hadir di Bandara El Tari Kupang, ibu kota Provinsi NTT.
”Kami membuka kafe untuk memberikan pesan bahwa kalau ke Flores, ya, minum kopi Flores. Salah satunya kopi Manggarai,” tutur pria kelahiran Ruteng itu.
Kafe La Bajo Flores Coffee di Jalan Soekarno-Hatta bisa dikatakan menjadi etalase kopi Flores. Apalagi, di Labuan Bajo, tidak ada investor yang berani membuka kafe sebelum Werry dan saudaranya. Keberanian Werry berkaca pada maraknya wisatawan mancanegara berkunjung ke Labuan Bajo dalam beberapa tahun terakhir.
Untuk ketiga kafe itu, Werry membutuhkan bahan baku 50-100 kilogram per bulan. Dia mempertahankan kualitas kopi dengan terjun langsung mencari kopi-kopi dari petani. Tak hanya itu, kepada para mitra petani, dia juga menekankan pentingnya penanaman dan pemanenan yang baik.
Werry menyatakan pada awalnya pengunjung kafe didominasi wisatawan mancanegara. ”Belakangan wisatawan domestik juga berminat ngopi. Kami yakin usaha kafe ke depannya bagus sebagai penyokong wisata di daerah destinasi seperti Flores,” katanya.
Bisnis pengolahan kopi tidak asing bagi Werry. Sejak 1940-an, kakeknya berdagang kopi biji (green bean) dari Manggarai ke Surabaya, Jawa Timur, dan Jakarta. Usaha tersebut dilanjutkan ayahnya dengan menambah usaha lain berupa produksi kopi sangrai. Bersama Wemi Sutanto, kakaknya, Werry melebarkan sayap promosi kopi Manggarai dengan menghasilkan kopi bubuk dan kafe.
Kendati lulus dari S-2 Royal Melbourne, Werry merasa lebih terpanggil membesarkan nama kopi Manggarai. Untuk itu, dia memilih pulang ke Flores, memperkuat citra kopi Manggarai agar bisa menjadi ikon di Nusa Tenggara Timur.
”Setidaknya, kopi bisa jadi oleh-oleh bagi semua tamu yang datang ke Labuan Bajo,” ujarnya.
UD La Bajo mendapatkan kopi dari petani di Colol, Manggarai Timur, sekitar 80 kilometer arah timur Ruteng. Petani yang memasok kopi terus didampingi untuk memastikan kualitas kopi, terutama proses pascapanen. UD La Bajo mempekerjakan 30 karyawan, mulai dari unit pengolahan kopi hingga kafe.
Mulai bertumbuhnya kafe-kafe di Labuan Bajo beberapa bulan terakhir membuktikan usaha Werry merintis kedai kopi tidak sia-sia. Baginya, wisata menjadi jendela yang memberi angin segar peningkatan kualitas dan citra kopi Manggarai di mata dunia.
Werry Sutanto
Lahir: Ruteng, 5 Mei 1977
Pendidikan: S-2 Royal Melbourne Institute of Technology
Aktivitas: Manajer Harian UD La Bajo, Labuan Bajo, Flores
Istri: Christine Mayasari
Anak:
- 1. Darren Sutanto
- 2. Cheryl Sutanto
- 3. Jasper Sutanto