Tidak terlalu mengejutkan memang, Instagram mengumumkan layanan konten berdurasi panjang atau longform dalam bentuk video vertikal dengan nama IGTV. Rencana kudeta mereka pun dimulai, terhadap video format horizontal, terhadap layanan kompetitor, seperti Youtube, dan bahkan ke layanan Instagram itu sendiri.
Nama IGTV akan sulit dilepaskan dari singkatan Instagram TV. Diluncurkan sebagai aplikasi terpisah, merupakan pengembangan dari fitur video layanan Instagram yang saat ini terkungkung dengan durasi maksimal 1 menit, yang bisa mencapai 1 jam.
Revolusi Insta Stories adalah penyajian video secara vertikal yang kini diwadahi.
Pengaruh terbesar datang dari fitur Insta Stories, berupa video vertikal yang selama ini cukup digemari. Dengan sifat yang bertahan hingga 24 jam saja, konsep ini didahului kompetitor mereka, yakni Snapchat, yang terbukti sukses mengubah cara pengguna menikmati Instagram, dari sekadar berbagi foto, kini membagikan momen-momen dalam hidup.
Revolusi dari Insta Stories adalah penyajian video secara vertikal yang kini diwadahi. Sebelumnya, orientasi video ini tidak memiliki tempat di industri penyiaran yang masih didominasi orientasi horizontal. Masih banyak pertentangan terhadap format video ini, terutama soal komposisi yang bisa memengaruhi bagaimana pesan visual disampaikan.
Momen
Dalam acara Instagram di San Francisco, Rabu (20/6/2018), CEO Instagram Kevin Systrom percaya diri bahwa ini adalah era yang tepat bagi video vertikal untuk menguasai dunia. Menurut laporan dari TechCrunch, pada Mei layanan Insta Stories memiliki pengguna aktif harian hingga 150 juta dan resmi memperkenalkan iklan yang menyelip di antara momen-momen.
”IGTV berbeda dalam beberapa hal. Pertama, layanan ini digunakan seperti cara kita menggunakan gawai, yakni layar penuh dan vertikal,” kata Systrom.
Dalam keterangan resminya, IGTV dioperasikan layaknya televisi. Begitu memulai aplikasi, kita disuguhi dengan opsi konten yang disesuaikan untuk pengguna, konten dari pengguna yang kita ikuti, dan konten yang tengah populer.
Layaknya kanal televisi, IGTV juga punya kanal, tetapi bedanya isinya adalah video dari para pembuat konten. Bedanya dengan televisi, semua orang kini bisa mendaftar dan menjadi pembuat konten.
Layaknya tren yang baru, para pembuat konten ataupun selebritas segera terjun dan menjajal fitur baru ini. Beberapa nama, seperti MKBHD, John Mayer, Kim Kardashian, Raisa, Edho Zell, dan Selena Gomez, langsung menyapa meski dengan nada kebingungan. Semua masih meraba dan mencari cara untuk memanfaatkan medium baru ini.
Tidaklah mengherankan apabila inisiatif IGTV ini disebut-sebut sebagai upaya menundukkan Youtube.
Dari sudut pandang perangkat, maraknya format video ini seolah berkelindan dengan tren rasio layar 18 : 9 yang membuat ponsel dengan bentang layar lebar, yang bisa dilihat nyaman dengan posisi vertikal. Rasio layar ini membuat bentang layar lebih besar, dengan badan ponsel yang tetap ramah dipegang tangan.
Mulai dari rentang harga Rp 1 juta hingga kelas premium, rasio layar 18 : 9 kini menjadi standar baru dari layar ponsel pintar. Sebetulnya video vertikal pun juga sudah diadopsi Youtube ataupun Facebook saat diputar otomatis ditampilkan ke seluruh layar tanpa pembatas hitam di sisi kanan dan kiri.
Akhir Youtube?
Tidaklah mengherankan apabila inisiatif IGTV ini disebut-sebut sebagai upaya menundukkan Youtube. Hadir dengan video vertikal, IGTV berusaha membuat konten video vertikal menjadi standar yang baru, tidak lagi sebagai konten yang dinikmati secara sekilas, tetapi sarana bertutur visual dalam waktu yang panjang.
Sukses atau tidaknya keinginan itu tentu tidak lepas dari pembuat konten yang menjadi pembawa pengaruh. Untuk hal itu setidaknya Instagram sudah memiliki bekal dengan para pembuat konten yang sudah terbiasa dengan video vertikal.
Untuk mendorong tumbuhnya para bintang video digital baru, kesempatan yang baru bisa datang dari peluang monetisasi. Terlebih setelah kebijakan pengetatan dari Youtube menjadi peluang agar IGTV bisa dilirik.
Tentu tidak sedikit yang penasaran, atau bahkan sangsi, terhadap taruhan yang dilakukan Instagram. Seberapa sukses video vertikal di dunia maya, atau bahkan memengaruhi industri penyiaran.
Tanda tanya paling besar datang dari seberapa lama daya tahan seseorang dalam menikmati konten video vertikal, dan bagaimana peluang monetisasi darinya. Tentu saja laporan semester berikutnya dari Instagram bakal dinanti.
Akhir Instagram?
Lahir dari Instagram sendiri, IGTV dioperasikan melalui aplikasi terpisah. Meski demikian, kedua layanan terhubung. Apabila ada kontak yang diikuti baru saja mengunggah video di IGTV, pemberitahuan akan muncul di Instagram.
Hal ini tentu memunculkan pertanyaan, apakah IGTV justru akan menggerus pengguna dari Instagram sendiri. Menonton siaran berdurasi jangka panjang akan membuat waktu penggunaan layanan Instagram berkurang karena mengalir ke layanan baru.
Semua bergantung pada bagaimana Instagram memperkenalkan sendiri layanan IGTV dan menjelaskan diferensiasi dengan Instagram. Belum tentu semua pengguna Instagram akan terpikat pada video vertikal, dan belum tentu para pembuat konten video akan menyesuaikan dengan format Instagram.