KUALA LUMPUR, KOMPAS – Media berlangganan kini makin menjadi kebutuhan dan mulai dikonsumsi oleh banyak orang di berbagai negara. Kehadiran media berlangganan itu semakin dinantikan diantaranya karena banyak beredarnya kabar bohong.
Hal lain adalah, media massa juga berupaya mencari alternatif pendapatan selain iklan. Pendapatan langganan dari pembaca, selain dinilai lebih menjamin masa depan media, juga diharapkan menyokong peran media di dalam menghadirkan produk-produk jurnalistik yang bermutu.
“Di Amerika misalnya, 75 persen surat kabar mempunyai produk digital berlangganan,” kata Steffen Damborg, dari The World Association of Newspapers and News Publisher (WAN-IFRA) Global Advisory, Selasa (10/7/2018) di Kuala Lumpur, Malaysia.
WAN-IFRA pada hari Selasa (10/7/2018) dan Rabu (11/7/2018) menggelar Program “Digital Subscriptions” untuk berbagai pengetahuan tentang tren media berbayar.
Edukasi produk berbayar
Menurut Damborg, kehadiran Netflix dan Spotify misalnya, juga membantu kehadiran media berbayar. “Karena, warga dunia sudah teredukasi tentang pentingnya dan nyamannya menggunakan produk-produk berbayar,” ujarnya.
Warga dunia sudah teredukasi tentang pentingnya dan nyamannya menggunakan produk-produk berbayar.
Sementara itu, Presiden Direktur Coconuts Media, Byron Perry berpendapat kini memang saatnya untuk meluncurkan produk media berlangganan. “Kita sudah melihat kesuksesan dari pola media berlangganan yang dilakukan oleh the New York Times dan the Washington Post,” ujarnya.
Ditambahkan Perry, generasi langgas yang mengonsumsi Coconuts Media juga ternyata mau berlangganan. “Dalam survei Coconuts Media, sebanyak 57 persen responden kami mau membayar konten daring. Bahkan, 30 persen dari mereka mau berlangganan konten Coconuts Media yang eksklusif,” ujarnya.
Karena berlangganan, konten yang ditampilkan Coconuts Media sungguh berkualitas. “Kami mementingkan kualitas daripada kuantitas konten. Kami juga memberikan masukan, konteks, analisa dan opini kami (terhadap sebuah isu),” kata Perry.
Kami mementingkan kualitas daripada kuantitas konten.
Produk tambahan
Konten Coconuts Media pun kebanyakan adalah konten gaya hidup. Pelanggan Coconuts Media kemudian tidak hanya mendapatkan asupan konten tetapi berpeluang mendapatkan diskon saat berlibur atau wisata kuliner.
Ketika Coconuts Media menggelar acara maka pelanggan juga dapat bergabung dengan gratis atau mendapatkan diskon besar.
“Bagi beberapa media, terutama media cetak, pola berlangganan tidak sekedar mempertahankan kehadiran koran. Tetapi media berbayar juga menghadirkan produk tambahan bagi para pelanggan koran,” ditambahkan oleh Damborg.
Adapun Direktur Consumer Bussines, Schibsted Media, Bard Skaar Viken berpendapat kehadiran media berlangganan justru dapat lebih melayani pembaca. Dengan data pelanggan yang dimilikinya maka media tersebut dapat menghadirkan produk yang relevan dengan pembaca.
“Media berbayar, demi mendekatkan dengan pelanggan, biasanya juga menghadirkan berita yang lebih unik dan lebih berguna,” ujar Viken.
Sementara menurut Damborg, pelanggan dari media berbayar biasanya mencari berita yang konstruktif dan mencerahkan. “Pelanggan dengan tipe seperti itu yang biasanya mau berlangganan,” ujarnya. Dengan demikian, media berbayar biasanya menghindari pemberitaan yang membuat pembaca tertekan atau berasal dari sumber yang bias.