JAKARTA, KOMPAS – Presiden Joko Widodo mengharapkan kegiatan Musabaqah Tilawatil Quran tidak hanya menjadi ajang perlombaan membaca kitab suci, tetapi juga ajang untuk menunjukkan Islam yang indah dan damai. Tidak hanya itu, nilai-nilai kebajikan yang terkandung dalam Al Quran juga diharapkan dijadikan sebagai pedoman hidup masyarakat di Tanah Air dan juga dunia.
Harapan itu disampaikan Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada acara peresmian pembukaan MTQ Internasional II, MTQ Nasional VIII antar Pondok Pesantren, dan Kongres V Jamiyyatul Qurra Wal Huffazh Nahdlatul Ulama di Istana Negara, Jakarta, Rabu (11/7/2018).
Jamiyyatul Qura wal Huffazh merupakan organisasi yang mewadahi para penghafal Al Quran yang didirikan pada tahun 1951. Sejumlah tokoh nasional, seperti KH Wahid Hasyim, turut membiani lahirnya organisasi penghafal Al Quran dari seluruh Indonesia tersebut.
"Saya berpesan supaya MTQ ini membuat dunia mendengar, membuat dunia melihat, membuat dunia merasakan keindahan, kedamaian, dan rahmat dari Al Quran, dari agama Islam," kata Presiden Jokowi.
Apabila dipahami, lanjut Jokowi, Al Quran mengandung nilai-nilai kemanusiaan, kesalehan sosial, serta nilai-nilai yang mengutamakan pembelaan kepada kaum lemah. Karena itu MTQ diharapkan bisa turut mengingatkan kepada seluruh ummat Islam untuk menjadikan Quran sebagai pedoman hidup. Dengan begitu masyarakat akan mengamalkan ajaran-ajaran kebajikan yang terkandung dalam kitab suci ummat Islam tersebut.
Islam jalan tengah
Pemahaman terhadap Al Quran juga dinilai penting, karena kitab suci umat Islam itu mengandung pedoman untuk menjalankan Islam wasatiyyat atau jalan tengah. Masyarakat diharapkan menjalankan praktik keislaman yang moderat dan menyejukkan. Sebab dengan cara itu, perdamaian dunia diyakini bisa tercapai.
Terkait praktik Islam jalan tengah, Jokowi menyampaikan bahwa pemerintah telah memfasilitasi pertemuan ulama serta cendekiawan muslim dunia untuk membentuk poros Islam wasatiyyat. "Saat itu semua menyatakan optimisme bahwa wasatiyyat Islam dunia akan menjadi arus utama. Langkah itu memberikan lahirnya dunia yang damai, aman, sejahtera, dan berkeadilan sosial," tuturnya.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj yang hadir dalam acara tersebut juga menyampaikan pentingnya memahami Al Quran. Menurut dia, hafal saja tidak cukup karena yang lebih penting adalah pemahaman dan pengamalannya. Sebab kesalahan dalam memahami konteks ayat-ayat Al Quran itulah yang berpotensi melahirkan kejahatan terorisme, seperti bom bunuh diri, dan lainnya.