Lebih dari Separuh Jemaah Kloter I Berisiko Tinggi
Oleh
Yovita Arika
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sebanyak 392 jemaah haji Kloter I dari Jakarta Timur tiba di Asrama Haji Pondok Gede pada Senin (16/7/2018) pagi. Setelah melakukan pemeriksaan kesehatan tahap III, 72,19 persen di antaranya dikategorikan sebagai jemaah haji dengan tingkat kesehatan berisiko tinggi.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh bidang kesehatan Panitia Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta Pondok Gede, ada 283 jemaah yang tingkat kesehatannya berisiko tinggi. Jamaah haji berisiko tinggi adalah jemaah yang berumur lebih dari 60 tahun atau memiliki masalah kesehatan.
Koordinator Bidang Kesehatan PPIH Jakarta Pondok Gede, Anas Ma’ruf, mengatakan, seluruh jemaah haji yang telah diperiksa dipastikan sudah mendapatkan vaksinasi meningitis pada pemeriksaan kesehatan sebelumnya. Adapun jemaah haji Kloter I yang berisiko tinggi sebanyak 72,19 persen.
“Kami pastikan 100 persen semua jamaah sudah mendapatkan vaksinasi meningitis. Namun yang perlu diwaspadai adalah banyaknya jemaah berisiko tinggi,” kata Anas.
Anas menambahkan, jemaah berisiko tinggi akan mendapatkan gelang berwarna oranye mulai dari pemeriksaan Senin kemarin. Tujuannya agar tenaga kesehatan masing-masing kloter dapat dengan mudah memantau jemaah tersebut.
“Jemaah tersebut akan mendapatkan perhatian lebih dari tenaga kesehatan. Kami harapkan, tenaga kesehatan juga pro aktif dengan melakukan visitasi tanpa menunggu jemaah datang,” tambah Anas.
Menurut Anas, ada satu jemaah perempuan berumur 43 tahun dirujuk ke Rumah Sakit Haji Pondok Gede karena anemia, Senin. Adapun satu jemaah tidak hadir karena meninggal dunia. “Sudah kami lakukan tindakan dengan transfusi. Mudah-mudahan besok sudah bisa ikut berangkat bersama kloter ini,” lanjutnya.
Perekaman biometrik
Proses pemeriksaan jemaah haji mundur dari jadwal awal karena terjadi masalah teknis pada perekaman biometrik. Menurut Kepala Subdirektorat Dokumen dan Perlengkapan Haji Reguler Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Nasrullah Jasam, kendala tersebut karena faktor teknis.
“Hingga pukul 12.00 baru ada 5 dari 11 komputer yang aktif. Nanti jika sudah stabil, akan kami aktifkan semua. Mungkin karena ini layanan baru,” kata Nasrullah.
Ketua PPIH Embarkasi Jakarta Pondok Gede, Saiful, mengatakan, berdasarkan pelaksanaan ibadah haji tahun lalu, antrean perekaman biometrik di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah bisa mencapai 4 jam. Dengan dilakukannya perekaman di asrama, jemaah tidak perlu mengantre di bandara.
“Walaupun ada kendala teknis, tapi perekaman biometrik ini bagus, agar jamaah tidak perlu mengantre di Madinah. Proses disini targetnya hanya selama 1 menit 20 detik untuk satu orang,” kata Saiful.
Salah satu jamaah haji asal Cakung, Jakarta Timur, Win Gunawan (51), mengatakan, lebih baik mengantre di asrama daripada mengantre lama di Madinah. “Mending antre di sini lebih nyaman dan santai, daripada antre berjam-jam di Madinah nantinya,” katanya.
Agenda jemaah
Saiful menambahkan, jemaah dari Kloter I akan beristirahat di asrama haji ini selama kurang dari 24 jam. Jemaah dijadwalkan melaksanakan beberapa pengecekan, seperti kesehatan, dokumen, dan biometrik sebelum menuju asrama masing-masing.
“Kloter pertama ini akan melakukan serangkaian pengecekan terlebih dulu sebelum masuk ke kamar masing-masing. Setelah itu, mereka akan melakukan manasik,” kata Saiful.
Jemaah akan mengikuti upacara pelepasan pada malam. Selanjutnya, pada Selasa (17/7/2018) dini hari akan diberangkatkan menuju bandara. Diharapkan, sebelum pukul 09.00, mereka sudah sampai di Bandara Soekarno-Hatta.
“Jemaah dijadwalkan terbang pada Selasa pagi. Mulai dini hari mereka akan mempersiapkan diri dan berangkat menuju bandara,” tambah Saiful.
Total jemaah di kloter pertama yang telah melakukan pengecekan akhir sebanyak 392. Satu orang tidak hadir karena meninggal dunia. Adapun untuk jemaah tertua di Kloter I adalah Moh Hasan Saad yang berusia 93 tahun. Jamaah termuda berusia 21 tahun atas nama Shofa Marwa Umar dan Moh Fairuz Lazuardi. (FAJAR RAMADHAN)