Manfaatkan Kelemahan Pertahanan Palestina
Laga antara tim nasional sepak bola U-23 Indonesia dan Palestina bakal berlangsung ketat karena akan menjadi penentu bagi kedua tim untuk merebut tiket ke gugur. Pemenang pada laga tersebut bakal lebih mudah memuncaki klasemen dan lolos dari grup A.
Saat ini, Palestina memuncaki klasemen dengan empat poin dari dua laga. Sementara Indonesia menempati posisi kedua dengan tiga poin dari satu laga.
Bagi Indonesia, kemenangan adalah target yang tidak dapat ditawar lagi. Indonesia bukan hanya harus lolos dari fase grup, melainkan juga harus memuncaki klasemen. Dengan cara itu, Indonesia akan menghadapi lawan yang tidak terlalu kuat pada fase gugur sehingga target mencapai semifinal dapat diwujudkan.
Palestina bermain dominan dan selalu mengurung pertahanan lawan pada dua laga yang mereka jalani melawan Taiwan dan Laos. Pada kedua laga itu, Palestina ditahan imbang 0-0 oleh Taiwan dan menang 2-1 dari Laos.
Meskipun bermain dominan, Palestina memiliki kelemahan besar pada lini pertahanan mereka. Garis pertahanan mereka terlalu jauh dari gawang. Saat menyerang, hanya ada dua bek tengah yang berjaga di dekat garis tengah lapangan.
Para bek dan gelandang sering terlambat untuk mundur ke dekat gawang jika diserang dengan cepat. Gol Laos ke gawang Palestina menunjukkan ada banyak ruang yang ditinggalkan pemain Palestina saat mereka menyerang.
Pertahanan di sayap Palestina, terutama di sayap kiri, cukup lemah dan beberapa kali diterobos para pemain Laos. Gol Laos juga diawali dari serangan di sayap kiri pertahanan Palestina.
Indonesia memiliki empat pemain sayap yang sangat cepat dan dapat menerobos pertahanan Palestina untuk membuka peluang. Umpan silang ke depan gawang akan menjadi andalan bagi Indonesia untuk mencetak gol.
Namun, tim garuda muda sebaiknya tidak hanya mengandalkan Alberto ”Beto” Goncalves sebagai ujung tombak. Stefano Lilipaly yang biasa menjadi gelandang serang harus didorong maju menjadi penyerang kedua yang sejajar dengan Beto.
”Saya dapat dimainkan dalam posisi apa pun. Gelandang serang, penyerang kedua, false nine, dan bahkan sayap,” kata Stefano.
Dua penyerang sangat diperlukan untuk mengantisipasi penjagaan ketat bek Palestina terhadap Beto. Saat Beto dijaga ketat, Stefano memiliki ruang untuk memanfaatkan umpan silang menjadi gol.
Jika Beto hanya sendirian di depan gawang, dia akan sering kesulitan memanfaatkan umpan silang menjadi gol. Stefano juga sering terlambat datang jika harus mengejar dari luar kotak penalti.
Hal itu terbukti saat Indonesia menghadapi Taiwan pada babak pertama. Banyak peluang terbuang karena Beto dijaga terlalu ketat. Stefano pun sering terlambat datang membantu.
Pada babak kedua, ketika Stefano lebih aktif maju menyerang, gol demi gol bagi Indonesia lebih mudah tercipta. Para pemain sayap juga memiliki beberapa alternatif target umpan.
Selain mengandalkan Stefano dan Beto, para gelandang Indonesia juga harus rajin membantu serangan dari lini kedua. Mereka harus sigap merebut bola pantul atau bola liar di sekitar kotak penalti untuk melepas tendangan ke gawang.
Dalam kondisi diserang, para pemain Palestina sering tidak menjaga ruang di luar kotak penalti sehingga banyak kesempatan untuk melepas tendangan langsung.
”Kami lengah saat menyerang sehingga Laos dapat melakukan serangan balik dan mencetak gol. Kami harus bermain lebih baik lagi saat melawan Indonesia,” kata Ayman Sandouqa, pelatih Palestina.
Waspadai bola udara
Meskipun memiliki kelemahan di pertahanan, Palestina cukup berbahaya pada duel bola di udara. Palestina sering menggunakan umpan jauh melambung untuk menyerang Laos dan Taiwan.
Dengan tinggi badan yang melebihi pemain Indonesia, para pemain Palestina sering sekali melepas umpan lambung di depan gawang. Satu gol Palestina ke gawang Laos juga terjadi melalui sundulan Mahmoud Yousef (nomor 10).
Namun, serangan Palestina sering menjadi tumpul jika para pemainnya dijaga dengan ketat. Akurasi tendangan dan sundulan mereka lemah jika selalu ditempel pemain lawan.
Para gelandang dan pemain sayap Palestina juga sering tidak akurat dalam melepaskan umpan. Tekanan akan membuat mereka menjadi terburu-buru.
Oleh karena itu, para pemain Indonesia harus langsung menekan saat pemain Palestina mendapatkan bola. Tekanan yang terus menerus membuat mereka akan sering kehilangan bola dan lebih mudah diserang balik.
Setiap pemain yang membawa bola harus ditekan oleh satu atau dua pemain agar tidak leluasa mengirim umpan ke depan gawang. Permainan kasar sebaiknya dihindari agar Indonesia tidak dihukum penalti atau tendangan bebas.
Setiap bola yang direbut di wilayah pertahanan harus langsung diubah menjadi serangan balik. Serangan balik yang cepat akan menjadi kunci kemenangan Indonesia.
”Pemain palestina unggul dari sisi tinggi badan. Namun, kami akan selalu waspada dan siap menghadapi permainan mereka. Kami akan tetap bermain menyerang,” kata Luis Milla.