MEKKAH, KOMPAS — Enam hari menjelang masa wukuf atau puncak haji, pemerintah memastikan kesiapan fasillitas dan layanan kesehatan di kawasan Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Kesiapan tersebut penting karena mayorits jemaah calon haji Indonesia berusia lanjut dan tergolong berisiko tinggi.
Kepastian tersebut terungkap dalam pertemuan antara Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dengan jajaran Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKH) di kawasan Aziziyah Janubiyah, Mekkah Arab Saudi, Selasa (14/8/2018). “Harus dipastikan bahwa semua fasilitas, layanan, dan tenaga menghadapi fase sebelum hingga pasca wukuf. Semua rangkaian itu terangkum di kawasan Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina)," kata Lukman.
Menteri menghargai langkah-langkah persiapan yang telah dilakukakn KKHI dan jajaran yang akan bersinergi di lapangan termasuk tim Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (P3JH), dan Tim Perlindungan Jemaah (Linjam).
Dalam pertemuan yang dihadiri Direktur KKHI Mekkah Nirwan Satria, terungkap bahwa klinik yang ada di Mekkah akan bersinergi dengan klinik dan sumber daya yang tersedia di Arafah.
Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Mekkah, Muhammad Imran menyebutkan di Arafah tersedia 1 klinik kesehatan haji dan enam pos kesehatan satelit. Di Muzdalifah ada 11 pos kesehatan di mina ada 1 klinik, tiga klinik stasioner. Adapun di area lontar jumrah (jamarat), terdapat dua ambulans sebagai pos kesehatan, dan 10 pos bergerak.
Dalam keadaan tertentu, fasilitas dan layanan di KKHI sendiri siap dioptimalkan, mencakup 18 dokter umum dan 26 dokter spesialis (syaraf, jantung, dan anastesi), serta 46 perawat.
Fase Armina
Masa wukuf yang dijadwalkan mulai 20 Agustus dalam bahasa teknis disebut fase Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina). Kawasan Armina, terletak sebelah timur kota Mekkah, akan menjadi pusat aktivitas seluruh jemaah selama lima hari yakni 20 – 24 Agustus. Jemaah bergerak tanggal 19 Agustus dari Mekkah menuju Arafah untuk wukuf (berdiam dan berdoa). Kemudian mabit (bermalam) di Muzdalifah, hingga lontar jumrah di Mina.
Suhu di Mekkah belakangan ini mencapai 41 derajat Celsius dan diperkirakan meningkat mendekati 50 derajat Celisius saat fase Armina. Jemaah kembali diingatkan akan bahaya heat stroke.
Heat stroke adalah kondisi yang disebabkan karena suhu tubuh meningkat. Keadaan ini biasanya akibat paparan yang terlalu lama atau aktivitas fisik pada suhu tinggi. Kondisi ini bisa mengancam jiwa. Jemaah diharapkan menggunakan alat pelindung diri yang telah dibagikan, seperti payung, masker, semprotan wajah, dan kaca mata hitam. Jemaah juga diingatkan sering minum air putih tanpa perlu menunggu haus. (NAR)