JAKARTA, KOMPAS — Tiga hari lagi Jakarta akan menjadi tuan rumah Asian Games, tetapi kejahatan begal masih marak terjadi. Aksi kejahatan jalanan ini mengesankan Jakarta tidak aman.
Kasus pembegalan terbaru terjadi pada Rabu (15/8/2018) pukul 03.45. Muhammad Syahril (19) sedang dalam perjalanan pulang kerja menuju rumahnya di Kelurahan Petukangan Utara, Jakarta Selatan, ketika sebuah sepeda motor memepetnya di Jembatan Layang Pesanggrahan, Jakarta Barat.
”Mereka langsung nyobangrebut kunci sepeda motor saya, tetapi enggak berhasil karena kunci itu saya lilitkan dengan tali ke spion,” ujar Syahril yang ditemui Kompas di rumahnya, Rabu siang.
Tak lama kemudian, dua sepeda motor lain menghampiri Syahril dari belakang. Seorang pelaku dari sepeda motor pertama turun dan mendorong Syahril hingga terjatuh. Pelaku itu lalu mengancam dengan golok agar Syahril tidak melawan.
”Mereka berenam menggunakan tiga sepeda motor matik tanpa pelat nomor. Mereka enggak make helm ataupun penutup wajah,” kata Syahril.
Setelah berhasil merebut sepeda motor Honda Beat pelat nomor B 3879 SWD, pelaku langsung melarikan diri ke arah Srengseng. ”Mereka cuma sempat ambil sepeda motor saya karena waktu itu beberapa pengendara lain sudah mulai lewat,” kata Syahril. Akibat kejadian itu, Syahril menderita luka lecet di bagian siku kiri dan kerugian materi sebesar Rp 9 juta.
Menurut keterangan Syahril, keenam penjahat itu berusia sebaya dengannya. ”Kalau dilihat dari wajahnya, mereka itu remaja berusia di bawah 20 tahun,” katanya. Syahril mengatakan, kini dirinya masih trauma dengan kejadian tersebut dan merasa takut jika harus bepergian pada malam hari.
Sejumlah warga yang tinggal di sekitar Jembatan Layang Pesanggrahan mengatakan, ruas Jalan Pesanggrahan rawan tindak kejahatan. ”Jalannya lurus dan lebar. Penjambret atau begal gampang kabur,” kata Afrizal (24), petugas keamanan gedung Indolife.
Senada dengan Afrizal, Ian (23), petugas parkir Swalayan Rezeki, juga mengatakan, selama ia bekerja di tempat itu, ia sering menjadi saksi tindak kejahatan di ruas Jalan Pesanggrahan. ”Dalam sebulan hampir selalu ada korban. Kadang malah bisa nyampe dua kali kejadian (tindak kejahatan),” ujar Ian.
Berdasarkan data Penelitian dan Pengembangan Kompas, pada periode Juli hingga Agustus, ada sembilan kasus pencurian dengan kekerasan di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Selama periode tiga bulan itu, empat orang korban dilaporkan meninggal akibat aksi tindak kejahatan pencurian dengan kekerasan.
Patroli
Menanggapi kejadian itu, Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Kembangan Inspektur Satu Dimitri Mahendra Kartika mengatakan, polisi akan segera memburu pelaku.
Ia mengimbau agar masyarakat waspada jika bepergian mengendarai sepeda motor pada tengah malam atau dini hari. Jika terpaksa berkendara pada tengah malam atau dini hari, masyarakat diimbau mengajak teman.
Selain itu, Dimitri juga menyarankan masyarakat agar tidak menarik perhatian penjahat dengan menggunakan telepon genggam saat berkendara atau menggunakan tas cangklong yang bisa menjadi sasaran empuk penjambret.
”Masyarakat harus waspada, tetapi tidak boleh takut. Setiap hari, ada enam personel buru sergap yang disiagakan mengamankan daerah Kembangan,” tutur Dimitri.
Kriminolog Universitas Indonesia, Kisnu Widagso, mengatakan, pola rotasi patroli polisi harus dirancang agar bisa menciptakan citra polisi ada di mana-mana. Dengan begitu, secara teori, pelaku kejahatan akan takut bertindak.
”Kalau citra itu tidak terbentuk, berarti patroli itu sia-sia karena polisi gagal memahami sudut pandang pelaku kejahatan,” kata Kisnu.
Kisnu menambahkan, dalam memerangi tindak kejahatan, terutama tindak kejahatan yang dilakukan anak di bawah umur, polisi bukanlah satu-satunya pihak yang memikul tanggung jawab itu.
”Seharusnya setelah pelaku kejahatan di bawah umur ditangkap polisi, tongkat estafet untuk mendidik anak itu diambil oleh dinas sosial atau badan pemerintah terkait,” kata Kisnu. (PANDU WIYOGA)