Urusan Tiket dan Alur Masuk Arena Bingungkan Penonton
JAKARTA, KOMPAS Tiga cabang olahraga telah menggelar pertandingan sebelum pembukaan, yakni sepak bola, bola tangan, dan bola basket. Hingga Selasa (14/8/2018), penampilan tim sepak bola dan bola basket tuan rumah dipadati penonton, sedangkan pada laga lain di dua cabang itu, serta cabang bola tangan, penonton terbilang sepi.
Penonton membeludak pada penampilan tim basket putra ”Merah Putih” melawan Korea Selatan di Arena Basket Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta, Selasa. Arena berkapasitas 2.500 penonton itu penuh sesak, bahkan banyak penonton harus duduk di tangga. Pada tiket yang dipegang penonton juga tidak terdapat nomor kursi
”Saya kecewa karena sudah membayar Rp 100.000, tetapi harus duduk di tangga,” ujar Fitri (32), karyawan swasta, yang membeli tiket secara daring lewat kiosTix sejak Jumat.
Manajer arena bola basket Riska Natalia mengatakan itu sebagai risiko menggunakan Arena Basket GBK yang kapasitasnya hanya 2.500 penonton. Padahal, bola basket adalah salah satu olahraga populer selain sepak bola, bulu tangkis, dan bola voli.
Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) Erick Thohir mengatakan, penjualan tiket sebenarnya sudah disesuaikan dengan kapasitas tribune. Namun, banyak orang menggunakan kartu identitas resmi masuk ke arena. Selain itu, pertandingan ini disaksikan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri.
Bendahara panitia pelaksana bola basket, Sofi Emillia, mengatakan, karena sejumlah kursi sudah digunakan untuk tamu VIP, tim penyiaran, juga wartawan, semestinya jumlah tiket yang dijual tidak sebanyak kapasitas keseluruhan arena. Dia mengatakan, jumlah tiket yang dijual untuk pertandingan berikutnya akan dikoordinasikan kembali dengan Inasgoc.
Alur penonton
Alur masuk bagi penonton juga dinilai membingungkan. Istiqomah Pradipta (24), guru SD di Jagakarsa yang membawa rombongan 30 siswa, ditolak petugas masuk pintu satu dan pintu dua Hall A. Padahal, keterangan di pintu menyebutkan, kedua pintu itu menjadi akses masuk penonton. Mereka pun harus berjalan memutar untuk masuk dari pintu empat.
Terkait hal ini, Riska mengatakan, pintu penonton ada tiga buah, yakni pintu satu, dua, dan empat. Penempatan pintu dirancang untuk menghindari antrean di satu titik. Dari ketiga pintu tersebut, hanya pintu empat yang dibuka untuk penonton. Dua pintu lain hanya dibuka saat penonton membeludak. Namun, hal itu tidak dikomunikasikan kepada penonton.
”Alur masuk penonton dan atlet memang masih menjadi catatan bagi kami,” ujar Riska.
Sedikitnya jumlah pintu penonton yang dibuka juga menjadi catatan saat tim sepak bola Indonesia melawan Taiwan di Stadion Patriot, Bekasi, Minggu (12/8). Laga disaksikan sekitar 26.000 penonton dan semula hanya dua pintu utama yang dibuka bagi penonton dan satu pintu bagi penonton VIP.
Setiap penonton yang masuk diperiksa dengan detektor logam dan pemindai sinar X. Pemeriksaan semacam itu, dengan keterbatasan pemindai, membuat alur penonton masuk stadion sangat lambat dan membuat antrean panjang. Seorang penonton mengaku menunggu 2,5 jam untuk bisa masuk.
Pintu ketiga baru dibuka 30 menit sebelum pertandingan. polisi kemudian memeriksa penonton secara manual untuk mempercepat pemeriksaan.
Penonton juga kebingungan untuk masuk Kompleks GBK Senayan. Banyak penonton yang ingin menonton bola basket berkumpul dari Pintu 11 GBK di Jalan Asia Afrika, pintu terdekat dengan Arena Basket. Ternyata, satu-satunya akses masuk untuk penonton yang dibuka adalah Pintu 7 GBK di Jalan Sudirman.
Kebingungan penonton di Pintu 11 GBK turut menambah kemacetan di Jalan Asia Afrika. Warga juga belum mengetahui kantong-kantong parkir untuk kendaraan pribadi, yang menurut panitia antara lain terletak di kompleks MPR/DPR dan SCBD.
Keluhan lain disampaikan calon penonton terkait rumitnya mekanisme pembelian tiket pertandingan secara daring. Transaksi yang sebagian besar dilakukan melalui laman resmi kiosTix kerap kali tidak merespons transaksi pelanggan.
Antrean calon penonton terlihat melaporkan gangguan tersebut pada kantor kiosTix di Jakarta. Ninik, salah satu penonton, mengaku tidak mendapat penjelasan tentang cara untuk menukar voucher tiket, sedangkan layanan informasi telepon, Whatsapp, dan surel (e-mail) tidak berbalas.
Adapun Adityo (35) mengatakan, lima kali gagal membeli tiket, tetapi transaksi tersebut tercatat pada laporan kartu kreditnya.
Pihak kiosTix meminta maaf kepada pembeli karena laman pembelian mereka sedang menerima muatan permintaan yang sangat tinggi. Staf administrasi tiket, Zalfa, mengatakan, pembeli disarankan melaporkan gangguan yang dialami ke kantor KiosTix karena belum ada layanan pengaduan selain di tempat tersebut.
Cabang tak populer
Terkait minimnya jumlah penonton di cabang-cabang tidak populer, Ketua Inasgoc Erick Thohir yang ditemui saat mendampingi peninjauan Wapres Jusuf Kalla mengatakan, harga tiket tak bisa diturunkan lagi. Menurut Erick, harga tiket sudah ditetapkan lewat hasil riset dan kesepakatan bersama. Adapun harga tiket termurah di semua pertandingan adalah Rp 50.000 per orang.
Namun, Erick menyampaikan, pihaknya akan mencari cara agar antusiasme cabang tak populer juga tinggi dan didatangi penonton. Mereka akan bekerja sama dengan sejumlah pihak untuk melakukan mobilisasi massa di cabang-cabang tak populer.
”Sebenarnya ini wajar. Penonton akan memilih cabang yang populer di lingkungannya. Terbukti, tiket bola basket sudah terjual semua. Nah, ini tugas kita memopulerkan cabang-cabang tak populer agar tanpa digerakkan warga pun tetap mau hadir ke arena-arena itu,” tuturnya.
Berdasarkan pantauan Kompas, cabang tak populer, seperti bola tangan, sepi penonton sekalipun saat Indonesia tanding. Hal itu membuat atmosfer pertandingan Asian Games tak terasa. Tim Indonesia pun tak mendapatkan dukungan optimal. Selain karena tak populer, sepinya arena bola tangan juga karena harga tiket yang cukup tinggi untuk olahraga yang kurang dikenal warga.
(ECA/DRI/NIA/E19/E02)